Selasa, 21/05/2024 11:59 WIB

Presiden Kazakhstan Umumkan Kerusuhan "Kudeta" Berdarah Berakhir

Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev menyebut kerusuhan berdarah yang menewaskan 160 orang terakhir berakhir pada Senin (10/1), menyusul klaim kemenangan dari Pemimpin Rusia, Vladimir Putin.

Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev (Foto: Aljazeera)

Nursultan, Jurnas.com - Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev menyebut kerusuhan berdarah yang menewaskan 160 orang terakhir berakhir pada Senin (10/1), menyusul klaim kemenangan dari Pemimpin Rusia, Vladimir Putin.

Ini merupakan kerusuhan paling kejam sejak kemerdekaan Kazakhstan lebih dari 30 tahun yang lalu. Tokayev menyebut kerusuhan ini sebagai upaya kudeta, untuk menggulingkan kekuasaan yang sah.

"Dengan kedok protes spontan, gelombang kerusuhan pecah. Menjadi jelas bahwa tujuan utamanya adalah untuk merusak tatanan konstitusional dan untuk merebut kekuasaan. Kita berbicara tentang upaya kudeta," kata Tokayev dikutip dari Aljazeera.

Presiden Kazakhstan yang melabeli "bandit dan teroris" yang dilatih asing sebagai dalang kerusuhan, mengatakan bahwa operasi kontraterorisme skala besar akan segera berakhir, bersama dengan pengerahan CSTO, yang dia klaim berjumlah 2.030 tentara dan 250 personel militer.

Dia juga membela keputusannya untuk mengundang pasukan pimpinan Rusia ke negara itu, dan mengatakan bahwa keraguan atas legitimasi misi itu berasal dari kurangnya informasi.

Berbicara bersama Tokayev, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan aliansi militer negara-negara bekas Soviet telah mencegah "teroris, penjahat, penjarah, dan elemen kriminal lainnya" merusak basis kekuasaan di Kazakhstan dan mengatakan pasukannya akan ditarik setelah misinya selesai.

"Tentu saja, kami memahami peristiwa di Kazakhstan bukan yang pertama dan jauh dari upaya terakhir untuk mencampuri urusan dalam negeri negara kami dari luar," ujar Putin.

"Langkah-langkah yang diambil oleh CSTO telah dengan jelas menunjukkan bahwa kami tidak akan membiarkan situasi diguncang di dalam negeri," imbuh dia.

Dia mengatakan CTSO tidak akan membiarkan "revolusi warna" terjadi, mengacu pada beberapa revolusi populer di negara-negara bekas Soviet selama dua dekade terakhir, termasuk Ukraina dan Georgia.

KEYWORD :

Kudeta Kazakhstan Kerusuhan Berdarah Kassym-Jomart Tokayev




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :