Jum'at, 19/04/2024 21:52 WIB

Naik Angka Bunuh Diri di Singapura, Anak Mudah Lebih Dominan

Anak muda merasa tidak mendapat dukungan pada saat terberat dalam hidup mereka dan memandang bunuh diri sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri rasa sakit dan pergumulan mereka.

Ilustrasi bunuh diri (Foto: tirto)

Jakarta, Jurnas.com - Pusat pencegahan bunuh diri Singapura (Samaritans of Singapore/SOS), mengatakan, jumlah kasus bunuh diri di Singapura naik sebesar 10 persen tahun lalu. Bunuh diri paling banyak dilakukan anak laki-laki yang berusia 10-19 tahun.

Tahun lalu ada 397 kasus bunuh diri yang dilaporkan, sedangkan tahun sebelumnya sebanyak 361 kasus. Artinya, angka bunuh diri menjadi 8,36 kematian per 100.000 penduduk Singapura, naik dari 7,74 pada 2017.

"Kasus bunuh diri terjadi pada semua kelompok umur, kecuali mereka yang berusia 60 tahun ke atas, ujar seorang konselor pencegahan bunuh diri.

Menurut SOS, kasus bunuh diri di kalangan pemuda dan laki-laki adalah masalah sosial yang signifikan. Setiap 10 kasus bunuh diri pada 2018, tujuh di antaranya dilakukan laki-laki.

Sebanyak 94 orang berusia antara 10 - 29 tahun bunuh diri tahun lalu, kata SOS. Sedangkan di antara anak laki-laki berusia antara 10 dan 19 tahun, ada 19 kasus bunuh.

Ini merupakan angka tertinggi sejak ada pencatatan kasus bunuh diri pada 1991 dan hampir tiga kali lipat dari tujuh kasus yang tercatat pada 2017.

Menurut wakil direktur senior SOS, Wong Lai Chun, fenomena ini sangat membingungkan. Anak muda merasa tidak mendapat dukungan pada saat terberat dalam hidup mereka dan memandang bunuh diri sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri rasa sakit dan pergumulan mereka.

 

Menurut Wong, anak muda sekarang sebenarnya lebih terbuka dan bersedia menerima bantuan untuk masalah ini. Sekitar 79 persen orang yang datang ke SOS untuk melakukan konseling berusia 10 dan 29 tahun.

"Anak muda dewasa ini tampaknya memiliki kesadaran yang lebih besar akan momen-momen ketika mereka merasa sendirian dan tidak berdaya," ujar Wong.

"Kami hidup dalam masyarakat yang menekankan pentingnya kualitas maskulin sebagai tolok ukur keberhasilan. Kami menjadi tidak menerima perilaku yang menggambarkan kelemahan," jelasnya

Menurut Wong, laki-laki secara stereotip diharapkan tangguh, tabah, dan stabil secara finansial. Sedikit petunjuk kerentanan dapat dilihat sebagai ketidaksempurnaan.

"Ini harus berubah. Laki-laki dan perempuan sama-sama perlu mengetahui, boleh saja menjadi kurang sempurna. Kita perlu mendidik masyarakat memahami, lingkungan yang mendukung dan mendorong jauh lebih bermanfaat daripada yang menghakimi bagi masyarakat kita,” ujar dia.

Anggota parlemen Seah Kian Peng menekankan bahwa bunuh diri adalah masalah yang kompleks, dan kesehatan mental adalah sesuatu yang harus kita semua perhatikan.

"Bunuh diri terlalu banyak. Kesehatan mental adalah sesuatu yang penting dan serius," kata Seah.

Ia menyoroti pentingnya intervensi tepat waktu dan mendorong orang-orang yang berisiko tinggi atau yang mengenal seseorang yang berisiko untuk mencari bantuan konseling.

"Itu bisa diobati dan ada tempat untuk dikunjungi. Itu bisa terjadi pada siapa saja dan Anda tidak sendirian," katanya. (Anadolu)

 

KEYWORD :

Kasus Bunuh Diri Singapura




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :