Rabu, 24/04/2024 15:19 WIB

Normalisasi Hubungan Diplomatik UEA-Israel Buka Peluang Penjualan Senjata AS

Washington menjamin, Israel menerima senjata AS yang lebih canggih daripada yang diperoleh negara-negara Arab, yang dilabeli

F-35 (Foto: Forbes)

Washington, Jurnas.com - Normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan Uni Emirat Arab (AS) dapat membuka jalan bagi lebih banyak penjualan senjata Amerika Serikat (AS) ke negara Teluk Arab.

Pada Kamis (14/8) Israel dan UEA menormalkan hubungan diplomatik dan menjalin hubungan baru yang luas di bawah kesepakatan yang ditengahi  Presiden AS, Donald Trump.

Perjanjian tersebut menjadikan UEA sebagai negara Arab ketiga setelah Mesir dan Yordania yang membuat kesepakatan dengan Israel, yang telah menikmati akses khusus ke penjualan senjata AS.

"Semakin UEA menjadi teman Israel, menjadi mitra Israel, menjadi sekutu regional AS, saya pikir jelas itu mengubah ancaman penilaian dan bisa bermanfaat bagi UEA pada penjualan senjata di masa depan," ujar Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman pada wawancara Radio Publik Nasional, Jumat (14/8).

Washington menjamin, Israel menerima senjata AS yang lebih canggih daripada yang diperoleh negara-negara Arab, yang dilabeli "Qualitative Military Edge" atas tetangganya.

Salah satu contohnya adalah jet F-35 buatan Lockheed Martin Co yang digunakan Israel dalam pertempuran, tetapi UEA saat ini tidak dapat membeli jet tersebut.

Direktur Proyek Hubungan Arab-Israel di lembaga think tank Washington Institute for Near East Policy, David Makovsky mengatakan kepada Reuters kesepakatan itu adalah kemenangan bagi UEA, yang tidak diragukan lagi akan memenuhi syarat penjualan militer yang tidak dapat diperoleh karena takut teknologi tertentu dapat digunakan melawan Israel.

Pada bulan Mei, Departemen Luar Negeri AS menyetujui kemungkinan penjualan hingga 4.569 kendaraan Mine Resistant Ambush Protected (MRAP) bekas ke UEA seharga USD556 juta.

Anggota parlemen AS telah mencoba mengekang rencana administrasi Trump untuk penjualan senjata, terutama ke Arab Saudi dan UEA, untuk menekan mereka meningkatkan catatan hak asasi manusia mereka dan berbuat lebih banyak untuk menghindari korban sipil dalam kampanye udara melawan pemberontak Houthi yang didukung Irandalam perang di Yaman.

Sebuah laporan pengawas pemerintah AS yang dirilis pada hari Selasa mengatakan Departemen Luar Negeri tidak sepenuhnya mengevaluasi risiko korban sipil di Yaman ketika mendorong penjualan besar senjata tahun 2019 ke Arab Saudi dan UEA. (Reuters)

KEYWORD :

Uni Emirat Arab Israel Negara Teluk Amerika Serikat Donald Trump Penjualan Senjata




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :