Sabtu, 20/04/2024 03:23 WIB

Rouhani: AS Takut Iran jadi Bangsa yang Besar

Permusuhan AS terhadap bangsa tersebut berakar pada ketakutannya akan kekuatan Islam dan kekuatan Revolusi.

Presiden Iran, Hassan Rouhani berpidato di selama upacara merayakan peringatan 41 tahun Revolusi Islam di ibukota Teheran. (Foto: President.ir)

Teheran, Jurnas.com - Presiden Hassan Rouhani mengatakan Amerika Serikat (AS) tidak bisa menerima digusur dari Iran oleh Revolusi Islam 1979 dan bermimpi selama 41 tahun untuk kembali ke negara ini, yang sekarang menjadi kekuatan terbesar di Timur Tengah.

Demikian kata Rouhani saat berpidato di depan kerumunan besar demonstran yang telah berkumpul di Azadi Square, ikon Teheran pada Selasa (11/2) dalam rangka peringatan 41 tahun Revolusi Islam.

Rouhani mengatakan, Revolusi Islam adalah pilihan yang dibuat bangsa Iran dan permusuhan AS terhadap bangsa tersebut berakar pada ketakutannya akan kekuatan Islam dan kekuatan Revolusi.

"Adalah alami bahwa AS tidak dapat mentolerir Revolusi Islam, kemenangan bangsa yang besar dan pengusiran negara adidaya Amerika dari tanah ini, dan juga wajar bahwa AS telah bermimpi untuk kembali ke tanah ini setiap malam sejak 41 tahun lalu," kata Rouhani.

"AS, tahu betul betapa pentingnya Iran. Mereka sangat sadar akan peran yang dimainkan Iran di kawasan itu dan fakta bahwa Iran adalah salah satu kekuatan terbesar di wilayah sensitif Timur Tengah. Itulah mengapa AS dan Zionisme bertindak sebagai musuh bebuyutan Iran dan Revolusi sejak hari pertama," sambungnya.

Rouhani lebih lanjut menyerang AS karena mendorong maju dengan kampanye tekanan maksimum sanksi terhadap Republik Islam Iran, yang gagal membuat bangsa bertekuk lutut.

AS melakukan upaya untuk menjarah kekayaan Iran dan membuat rakyatnya menyerah tetapi sia-sia, kata presiden, menambahkan bahwa Iran tetap tabah dan mencapai swasembada di berbagai bagian.

Rouhani lebih lanjut memuji pencapaian domestik yang dibuat di sektor pertahanan dalam beberapa tahun terakhir.

"Sebelum Revolusi Islam, 95% dari senjata yang dibutuhkan negara diimpor, sementara hari ini semua yang kami butuhkan diproduksi di dalam negeri," katanya.

Presiden Rouhani lebih lanjut menyerukan kepada bangsa Iran untuk lebih meningkatkan persatuan nasional, dengan mengatakan, "Setiap kali kita menutup barisan, AS telah menghadapi kekalahan dan pertumbuhan ekonomi telah terjadi."

Sementada itu, Rouhani juga mengecam pembunuhan AS terhadap komandan anti-terorisme tinggi Iran Letnan Jenderal Qassem Soleimani di tanah Irak sebagai tindakan teror yang sangat besar dan pelanggaran hukum internasional.

Ia menggambarkan Jenderal Soleimani sebagai seorang komandan di medan perang dan seorang diplomat senior dalam negosiasi.

Rouhani mengatakan, Soleimani sedang dalam perjalanan ke pertemuan dengan perdana menteri Irak ketika menjadi martir. Soleimani tidak menuju medan perang tetapi ke medan diplomatik saat diserang AS.

Pembunuhan yang ditargetkan atas Jenderal Soleimani mengirim sentimen anti AS melonjak tidak hanya di Iran tetapi juga di antara negara-negara regional.

Rakyat Iran telah menghadiri demonstrasi secara massal untuk menegaskan kesetiaan mereka pada cita-cita Imam Khomeini, almarhum arsitek Revolusi dan pendiri Republik Islam.

Demonstrasi tahun ini bertepatan dengan peringatan 40 hari untuk Jenderal Soleimani, yang dibunuh bersama dengan rekan-rekannya dalam serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad pada awal Januari. (Press TV)

KEYWORD :

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Amerika Serikat Donald Trump Revolusi Islam Iran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :