| Sabtu, 25/11/2017 22:05 WIB
Jakarta - Ketua Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG) Ahmad Doli Kurnia menyebut Setya Novanto seperti menganggap Golkar dan DPR miliknya pribadi. Novanto tidak memperhatikan desakan kader di akar rumput yang memintanya mundur lantaran telah berstatus tersangka kasus korupsi proyek e-KTP dan telah dijebloskan ke jeruji besi.
Demikian disampaikan Doli dalam sebuah diskusi bertajuk `Beringin Diterpa Angin`, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (25/11/2017). Pasalnya, Novanto melalui dua pucuk surat yang ditulisnya dari dalam rutan, meminta agar tak dicopot dari posisi ketum
Golkar dan Ketua
DPR RI.
"Surat itu menunjukan Novanto menganggap
Golkar dan
DPR ini sebagai milik pribadi. Jadi seolah-seolah gini, kalau kita tonton film box office, kalau komisaris sakit dia kirim surat aja untuk dibacakan di depan komisaris," kata Doli.
Dikatakan Doli, dalam dua tahun terakhir dinamika dan rapat-rapat internal di partai berlambang beringin seperti halnya rapat di sebuah perusahaan. Hal itu berbeda seperti era Akbar Tanjung. Di mana rapat berlangsung dinamis dan demokratis.
"Kalau dari prosedur ya memang mungkin dalam dua tahun terakhir ini rapat dinamis biasanya itu kaya rapat perusahaan. Kaya seminar baru disimpulkan," ucap dia.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Gun Gun Heryanto menilai dua pucuk surat Novanto yang ditujukan kepada DPP
Golkar dan Pimpinan
DPR memperlihatlan posisi Novanto masih kuat. "Maka pesan komunikasi politik itu menurut saya posisi SN masih cukup kuat dalam konteks mempengaruhi putusan pleno," ucap Gun Gun.
Internal
Golkar dikabarkan tengah dilanda kisruh. Utamanya ditenggarai pasca-penahanan Novanto di KPK terkait kasus korupsi e-KTP.
Menurut Ketua DPD Partai
Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi, Partai
Golkar pernah melalui masa yang lebih sulit dibandingkan dengan pada hari ini. Bupati Purwakarta ini menyebut bahwa permasalahan yang dialami partai
Golkar saat ini masih normal.
"Tantangan yang dihadapi saat ini nggak begitu berat, biasa aja," kata Dedi dalam kesempatan yang sama.
Menurutnya, partai
Golkar jauh mengalami masa-masa yang lebih sulit dari sekarang. Dikatakan Dedi, masa paling sulit yang dialami
Golkar pada tahun 1998,1999 dan 2003. "Jauh dibanding
Golkar tahun 98, 99 dan 2003.
Golkar mendapat tekanan berat, dianggap bagian Orde Baru. Mempertahankannya berdarah-darah, benderanya dibakar," ucap Dedi.
Dedi menyebut bahwa saat ini,
Golkar sebetulnya sudah bisa memahami diri dan melihat perkembangan zaman. Sehingga secara perlahan
Golkar bisa kembali ke posisi atas.
"Yang menarik adalah ketika ada sentimen, publik respon dengan baik, berbenah untuk berubah, berarti publik ini memiliki harapan untuk pilih
Golkar kembali. Maka harus cepat elit DPP memberikan respon. Ini aspirasi di akar rumput," ujar Dedi.
KEYWORD :
Setya Novanto Golkar DPR