Selasa, 21/05/2024 08:00 WIB

Survei: 75 Persen Orang Ingin Plastik Sekali Pakai Dilarang

Hasil survei itu keluar bertepatan ketiga anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersiap untuk memulai pembicaraan tentang perjanjian global untuk mengendalikan melonjaknya polusi plastik.

Ilustrasi sampah plastik (foto: google)

LONDON, Jurnas.com -  Tiga dari empat orang di seluruh dunia ingin plastik sekali pakai dilarang sesegera mungkin. Demikian menurut survei yang dirilis pada Selasa (22/2).

Hasil survei itu keluar bertepatan ketiga anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersiap untuk memulai pembicaraan tentang perjanjian global untuk mengendalikan melonjaknya polusi plastik.

Menurut Survei IPSOS terhadap lebih dari 20.000 orang di 28 negara, persentase orang yang menyerukan larangan plastik sekali pakai naik dari 71 persen sejak 2019, sementara yang mengatakan menyukai produk dengan kemasan plastik lebih sedikit naik menjadi 82 persen dari 75 persen.

Aktivis mengataka,n hasil tersebut mengirimkan pesan yang jelas kepada pertemuan pemerintah di Nairobi bulan ini untuk terus maju dengan perjanjian ambisius mengatasi limbah plastik, kesepakatan yang disebut-sebut sebagai pakta lingkungan paling penting sejak Perjanjian Paris.

"Orang-orang di seluruh dunia telah memperjelas pandangan mereka," kata direktur jenderal WWF International, Marco Lambertini. "Tanggung jawab dan peluang sekarang ada pada pemerintah untuk mengadopsi perjanjian plastik global sehingga kita dapat menghilangkan polusi plastik.”

Hampir 90 persen dari mereka yang disurvei mengatakan mendukung perjanjian, tetapi masih harus dilihat apakah kesepakatan semacam itu akan fokus pada pengumpulan dan daur ulang sampah atau mengambil tindakan yang lebih radikal seperti membatasi produksi dan penggunaan plastik sekali pakai.

Reuters pekan lalu mengungkapkan, kelompok industri minyak dan kimia besar sedang menyusun strategi untuk membujuk peserta konferensi agar menolak kesepakatan apa pun yang akan membatasi produksi plastik, yang terbuat dari minyak dan gas dan sumber utama pendapatan mereka.

Jika Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak dapat menyepakati kesepakatan untuk mengerem polusi plastik, akan ada kerusakan ekologi yang meluas selama beberapa dekade mendatang, menempatkan beberapa spesies laut dalam risiko kepunahan dan menghancurkan ekosistem sensitif seperti terumbu karang dan bakau, menurut sebuah Studi WWF dirilis bulan ini.

Kemungkinan akan memakan waktu setidaknya dua tahun untuk menyelesaikan setiap perjanjian. Tapi apa pun yang disepakati pada konferensi Nairobi dari 28 Februari hingga 2 Maret akan menentukan elemen kunci dari kesepakatan apa pun.

Dukungan terbesar untuk larangan plastik sekali pakai dalam jajak pendapat datang dari negara-negara seperti Kolombia, Meksiko dan India, negara-negara berkembang di ujung tajam krisis sampah.

Jajak pendapat IPSOS juga menunjukkan bahwa 85 persen responden secara global ingin produsen dan pengecer bertanggung jawab untuk mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang kemasan plastik, naik dari 80 persen sebelumnya.

Sumber: Reuters

KEYWORD :

plastik sekali pakai perubahan iklim PBB




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :