Jum'at, 19/04/2024 08:54 WIB

Filipina Bongkar Klinik Ilegal

Klinik itu dilaporkan beroperasi tanpa izin, sementara yang ditangkap tidak memiliki lisensi melakukan pengobatan di negara itu. 

Laboratorium kesehatan hewan Kementerian Pertanian (Kementan) dukung penanganan virus corona. (Foto: Ilustrasi)

Manila, Jurnas.com - Pemerintah Filipina mengintensifkan tindakan keras terhadap fasilitas medis tidak resmi yang menawarkan perawatan kepada pasien yang memiliki gejala virus corona (COVID).

Sekretaris Kehakiman Filipina, Menardo Guevarra, memerintahkan Biro Investigasi Nasional (NBI) dan Biro Imigrasi (BI) untuk membantu Polisi Nasional Filipina (PNP) melacak warga negara asing di belakang klinik ilegal.

"Tampaknya klinik medis klandestin yang melayani sebagian besar warga negara asing tumbuh dan beroperasi tanpa otoritas yang tepat," kata Guevarra kepada wartawan.

Ia mengatakan fasilitas itu dapat membahayakan kesehatan mereka yang telah menjalani perawatan. "Karena itu saya akan meminta NBI dan BI membantu polisi dalam menemukan klinik bawah tanah serupa lainnya dan orang-orang yang menjalankannya," katanya.

"Jika diperlukan, kami akan mengajukan tuntutan yang sesuai terhadap mereka," tambahnya.

Guevarra mengeluarkan perintah tersebut setelah penggerebekan pada Selasa (26/5) di sebuah klinik ilegal yang melayani pasien Tiongkok di Kota Makati. Yang ditangkap dalam operasi itu adalah warga negara China, Dr. David Lai, 49, dan Liao Bruce, 41.

Klinik itu dilaporkan beroperasi tanpa izin, sementara yang ditangkap tidak memiliki lisensi melakukan pengobatan di negara itu. Barang yang disita antara lain swab stick, vial, spuit dan kotak obat dengan label China  diyakini tidak terdaftar dengan Food and Drug Administration.

Pekan lalu, penegak hukum juga menggerebek rumah sakit darurat untuk pasien China di Fontana Leisure Park di Clark, provinsi Pampanga. Serangan itu terjadi setelah polisi menerima informasi bahwa pasien COVID-19 sedang menjalani perawatan medis di sebuah villa Fontana.

Yang ditangkap dalam penggerebekan itu adalah warga negara Tiongkok Liu Wei, yang dilaporkan mengawasi fasilitas itu, dan Hu Shiling, diduga seorang apoteker. Keduanya dibebaskan pada hari yang sama tanpa biaya.

Para pejabat imigrasi Filipina pada Kamis (28/5) mengatakan bahwa keduanya sudah dimasukkan dalam daftar pengawasan mereka untuk mencegah mereka meninggalkan negara itu sementara penyelidikan sedang dilakukan.

Komisaris BI Filipina, Jaime Morente mengatakan, operasi intelijen akan melacak empat pasien, dan sedang menyelidiki kasus warga negara Tiongkok yang ditangkap di Makati.

"Saya telah menginstruksikan divisi intelijen kami untuk menyelidiki apakah para dokter China yang diduga ini secara hukum tinggal di negara itu," katanya.

"Jika kami menemukan mereka melanggar undang-undang imigrasi kami, mereka akan didakwa dengan kasus deportasi di hadapan bagian hukum dan investigasi kami."

"Bahkan jika tidak ada tuntutan pidana yang diajukan terhadap mereka, mereka dapat didakwa atas pelanggaran hukum keimigrasian jika kita dapat memastikan bahwa mereka melanggar ketentuan tinggal mereka di negara itu," tambahnya.

Namun, jika tuntutan pidana diajukan, BI hanya akan mendeportasi mereka setelah kasus mereka diselesaikan atau mereka menjalani hukuman, jika terbukti bersalah.

Oposisi Senator Risa Hontiveros menyerukan deportasi dan daftar hitam langsung warga negara Tiongkok karena pengabaian terang-terangan mereka terhadap hukum Filipina.

Ia mengatakan, saat Filipina bekerja keras untuk melindungi rakyatnya dari virus, para penjahat ini bebas berkeliaran dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan masyarakat setempat. (Arab News)

KEYWORD :

Virus Corona Filipina Klinik Ilegal




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :