Sabtu, 20/04/2024 05:08 WIB

Cerita Penyintas Kanker Payudara Bertahan Hidup

Sempat lari dan menyalahkan Tuhan, Nurul sampai pada keputusan besar jika ia harus menghadapi kenyataan dan tak boleh menyerah

Nurul Hidayah tetap semangat melawan kanker payudara demi anak (Foto: Doc. pribadi)

Jakarta - Perempuan manapun tak ada yang membayangkan mengalami kanker payudara, namun terkadang garis hidup punya ceritanya sendiri.

Seperti yang dialami seorang penyintas kanker payudara Nurul Hidayah manakala pada tahun 2015 lalu dokter menyatakan dirinya mengidap kanker payudara.

“Di awal tahun 2015 saya sadari ada yang lain dari payudara sebelah kiri, segera saya check ke dokter dan dokter memvonis saya kanker ganas stadium awal. Walaupun masih kecil benjolannya belum ada 3 centimeter namun hanya butuh waktu kurang dari tiga bulan untuk payudara saya ‘meletus’,” ucapnya.

Kenyataan itu sempat membuat perempuan kelahiran 2 Juni 1973 ini shock dan sempat menyalahkan Tuhan. "Kenapa saya? Apa salah saya?  Kenapa ya Allah?  Waktu itu saya hanya butuh untuk sendiri dan merenung. Jujur saja saya tdak tahu harus kemana atau berbuat apa. Di hari minggu pagi yang cerah namun redup di mata saya, lalu saya pergi dari rumah berjalan kaki tanpa tujuan," kenangnya.

Sepanjang jalan Nurul merenungi semua, beribu pertanyaan di kepala dan beribu mengapa tak terjawab. Ketika ia sadar, ternyata sudah sekitar 15 kilometer dari rumah melangkah dan masih ingin berjalan lagi kembali ke rumah, namun dadanya mulai lega saat mengambil keputusan penting dalam hidup: “Saya akan hadapi semua kenyatan ini dan saya tak akan lari atau takut!”

“Karena ternyata baru saya sadari bahwa saya punya keluarga dan teman-teman yang peduli dan sayang pada saya. Apalagi saya punya empat anak yang amazing, saya ingin berjuang lebih lama untuk hidup mendampingi mereka juga mengajarkan mereka untuk lebih dekat pada Tuhan dan mengantar mereka ke masa depan,” tutur ibu empat anak ini.

Sejak keputusan besar itu ia kukuhkan, Nurul kembali menemui dokter lagi dan menyatakan bersedia untuk operasi Mastektomi. “Alhamdulillah semua berjalan lancar, meski dokter jadwalkan kemoterapi sebanyak delapan kali yang sangat menyiksa, namun ternyata bila kita resapi dan lakukan dengan ikhlas semua itu terasa nikmat karena dengan sakit ini dosa-dosa kita berguguran,” ucapnya penuh haru.

Nurul pun konsisten menjalani semua perintah dokter, ia yakin dan percaya tetap pada Allah bahwa hidup dan mati rahasia-Nya, bukan karena masalah kanker.

Sekarang telah hampir 4 tahun berlalu, Nurul merasa sehat dan ia berharap akan selalu sehat. Tidak muluk-muluk ia selalu positif thinking dan selalu menjaga pola hidup juga pola makan. Nurul percaya kita bisa bila berusaha dan jangan pernah lari dari kenyataan.

“Hikmahnya karena ini semua saya jadi lebih dekat pada Allah, lebih religius, lebih tahu artinya ikhlas dan memandang dunia dari sudut pandang yang berbeda dari sebelum saya divonis kanker. Tidak boleh lari dan takut pasrah kepada tuhan setelah berusaha semaksimal mungkin,” ucapnya.

Kini Nurul tetap menjalankan aktivitasnya meski banyak berubah karena ia tak boleh terlalu lelah. Sebelum kanker menyerangnya, Nurul kerja di konveksi sekarang di rumah sambil terima pesanan sprei atau apapun yang bisa ia jahit.

“Saya suka banget menjahit dan masak kue atau masakan apa saja, asyik di dapur saya. Sering juga ada yang datang mijitin bayi kerumah karena saya belajar fisioterapi juga untuk baby sejak saya punya anak pertama. Saya menyukai semua yang saya lakukan.” Pungkasnya.

KEYWORD :

Kanker Payudara Penyintas Nurul Hidayah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :