Jum'at, 19/04/2024 07:31 WIB

Kampus Filsafat STFI Sadra Gelar Wisuda ke-3

Prosesi wisuda bertajuk ‘Tantangan Islam di Era Dunia Baru 4.0’ tersebut diikuti oleh 60 wisudawan yang terdiri dari 25 mahasiswa Program Studi (Prodi) Akidah dan Filsafat Islam, dan 35 mahasiswa Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir.

Wisuda ke-3 STFI Sadra (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com – Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra Jakarta menggelar wisuda ke-3 pada Sabtu (15/3) kemarin, di kampus yang beralamat di Jalan Lebak Bulus II, Cilandak Barat, Jakarta Selatan.

Prosesi wisuda bertajuk ‘Tantangan Islam di Era Dunia Baru 4.0’ tersebut diikuti oleh 60 wisudawan yang terdiri dari 25 mahasiswa Program Studi (Prodi) Akidah dan Filsafat Islam, dan 35 mahasiswa Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir.

Dalam sambutannya, Ketua STFI Sadra, Kholid al-Walid mengatakan bahwa perjuangan wisudawan untuk menggapai predikat sarjana tidak lepas dari doa seorang ibu. Karenanya, dia meminta anak didiknya untuk tidak melupakan jasa tersebut.

“Dengan wasilah Ibu kalian bisa tegar dan duduk dengan gagah disini, keringat, untaian air mata dan perjuangan ibu kalian akan dapat terobati ketika melihat kalian sukses meraih cita cita kalian sebagai seorang sarjana,” kata Kholid dalam keterangan yang diterima Jurnas.com pada Minggu (15/3).

Hal senada juga disampaikan oleh Pembantua Ketua III Bidang Kemahasiswaan, Hasyim Adnani. Dia mengatakan, para wisudawan yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia akhirnya berhasil merampungkan seluruh pembelajaran di STFI Sadra. Bahkan, tak sedikit yang sukses meraih gelar juara di bidang-bidang tertentu.

“Anak-anak bapak dan ibu adalah anak anak yang luarbiasa, selain cerdas secara keilmuan, bersih dalam hati juga memiliki akhlak yang Islami,” ujar Hasyim.

Ketua Yayasan Hikmat al Mustafa, Prof. Dr. Hossein Muttaqhi menyampaikan apreasiasi kepada para wisudawan-wisudawati STFI Sadra selaku generasi muda bangsa Indonesia.

Dia menggarisbawahi bahwa akhlak dan spiritualitas merupakan dua unsur utama dan tak tergantikan dalam dunia modern dan masa depan. Tanpa dua unsur ini, masyarakat dunia tidak akan meraih kesempurnaan.

“Selain belajar, kalian sebagai simbol ilmu dan profil spiritualitas harus selalu menjadi lentera petunjuk masa depan dengan inspirasi Islam dan Alquran,” tutur Hossein.

Selain itu, dia menekankan bahwa kebahagiaan bangsa Indonesia dicapai dengan kompetensi generasi muda yang terus meningkat, dan menjelma sebagai elemen penentu yang melandasi kemajuan negara.

“Jangan sampai kalian tertinggal. Perkuat tekad kalian dan dedikasikan diri kalian dengan bekal pengetahuan Islam untuk kemajuan bangsa muslim Indonesia,” tegas dia.

Sementara Wakil Kopertais Wilayah I DKI Jakarta, Tibb Raya memberikan selamat kepada civitas akademika STFI Sadra karena telah menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi dengan menyelenggarakan prosesi wisuda ini.

Selain memberikan arahan terkait dengan skala prioritas Kopertais Wil I DKI Jakarta dan terobosan-terobosan yang dicapai, dia juga memberikan informasi bahwa ruang lingkup Kopertais bertambah dengan masuknya Banten.

“Semoga ini adalah bentuk pengkhidmatan kita untuk semua lembaga dan perguruan tinggi di DKI dan Banten,” ucap Raya.

Adapun Orasi Ilmiah yang disampaikan Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Agama, Suwendi menjelaskan bahwa Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi siber dan teknologi otomatisasi.

Konsep penerapannya, lanjut Suwendi, berpusat pada konsep otomatisasi yang dilakukan oleh teknologi tanpa memerlukan tenaga kerja manusia dalam proses pengaplikasiannya. Dan Indonesia menurutnya memiliki bonus demografi karena usia produktifnya lebih banyak dari usia non produktifnya di era Industri 4.0.

“Akan tetapi tantangan era ini sedemikian beratnya, karena beberapa pijakan yakni hidup dalam lautan data/informasi; dihadapkan pada pilihan-pilihan rumit di era pascakebenaran (post-truth); banyak dibantu oleh teknologi, sekaligus di-degradasi nilai-rasa  sosial kemanusiaannya; buramnya sumber kebenaran; hilangnya keahlian/profesionalisme; semua menjadi narasumber; semakin positivistik dan materialistik; ada penurunan nilai dan keimanan; dan terakhir menempuh cara instan dan berpola pikir hitam-putih,” tandas Suwendi.

KEYWORD :

STFI Sadra Kampus Filsafat Wisuda Mahasiswa




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :