Kamis, 16/05/2024 04:12 WIB

Kementan Dorong Produksi Kedelai Dalam Negeri

Sebagai komitmen untuk mendukung produksi dalam negeri, Dedi mengatakan, BPPSDMP akan terus mendukung para penyuluh mengajak para petani menanam kedelai.

Mentan Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP) volume 09 bertemakan Prospek Tanam Kedelai, yang digelar secara virtual, Jumat (11/3).

JAKARTA, Jurnas.com - Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong produksi kedelai dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor.

Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan Mentan Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP) volume 09 bertemakan Prospek Tanam Kedelai, yang digelar secara virtual, Jumat (11/3).

Menteri Pertanian (Mentan), Syahril Yasin Limpo mengatakan, kedelai yang menjadi bahan baku tempe mayoritas masih diimpor. Saat ini, rata-rata kebutuhan kedelai nasional mencapai 6 juta ton untuk semua bidang industri dan hampir seluruhnya disuplai impor.

"Ini terlalu besar, padahal kita bisa buat (produksi dalam negeri). Zaman Presiden Soeharto, dulu itu disubsidi karena makanan kita tempe dan tahu. Saya sudah siap dengan kedelai," kata Syahrul kepada Wakil Presiden Ma`ruf Amin di Kantor Pusat Kemenan, Jakarta, Selasa (8/3)

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursymasi dalam arahananya, menegaskan, cara mengurangi ketergantungan kedelai impor adalah memproduksi sendiri. Karena itu, ia meminta kepada penyuluh untuk mengajak penani untuk menanam bahana baku tahu dan tempe tersebut.

"Harga kedelai saat ini luar biasa yaitu Rp 11.000-12.000 per kg dari biasanya Rp 5.000-6.000 ribu per kg. Tolong para penyuluh sampaikan kepada petani kita sekarang harga kedelai bagus. Manfaatkan ini sebaik-baiknya," kata Dedi.

Sebagai komitmen untuk mendukung produksi dalam negeri, Dedi mengatakan, BPPSDMP akan terus mendukung para penyuluh mengajak para petani menanam kedelai.

Direktur Tanaman Pangan, Kementan, Suwandi yang hadir sebagai pemateri mengatakan, pandemi COVID-19, perubahan iklim dan konflik yang terjadi di luar negeri membawa berkah kepada petnai kedelai dalam negeri.

"Petani kedelai Indonesia itu ada bukan nggak ada, seperti yang ada di Grobogan, Sukabumi, Cianjur, Kuningan, Sumedang, Kediri dan lain, yang selama ini memasok tahu Sumedang dan Tahu Pak Pon. Itu kedelai lokal semua," ujarnya.

Suwandi mengatakan, saat ini pihakanya telah menyediaakn benih kedelai yang dapat digunakan oleh petani. Di antaranya, kedelai tahan naungan, kedelai tahan cekaman jenuh air, kedelai tahan cekaman kekeringan, anjasmoro dan lain-lain.

Ia mengatakan akan mengakselerasi petani yang menanam kedelai eksisting baik secara luasan maupun produktivitasnya. Selanjutnya, akan mendorong memanfaatkan lahan perkebunan kelapa sawit dan hutan.

Di samping itu, ia juga mendorong kepada petani yang suka menanam jagung untuk menerapkan sistem methuk, yakni 20 hari sebelum panen jagung disisipi tanaman kedelai.

"Jadi, nanti saat panen jagung kedelainya sudah umur 20-25 hari. Pola sistem methuk Ini cocok daerah perhutani seperti Tuban, Lamongan, Ponorogo dan saya minta kepada penyuluh lakukan edukasi kepada petani soal sistem methuk ini jangan hanya sampai di forum ini," ujarnya.

Di tempat yang sama, Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Yuris Tiyanto mengatakan, tahun ini mencangkan tahun bangkit kedelai Nasional. Dengan kata lain, tahun ini akan memproduksi sebesar-besarnya kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Kualitas kedelai kita bagus sekali bahkan beberapa offtaker yang ada di Yogyakarta membeli kedelai petani kita Rp 9.000-13.000 per kg. Artinya hari ini kesempatan untuk kita menanam kedelai dengan baik," ujarnya.

Ia juga mengajak para penyuluh untuk memberikan informasi kepada petani bahwa kedelai Indonesia ini bukan transgenik. Karena itulah notabene kadar protei dan kualitasnya bagus.

"Dan kita sudah buktikan di Grobogan bahwa kedelai kita itu kalau dibuat untuk tahu dan tempe rasanya lebih enak dan fress," kata Yuris, yang juga gemar mengkonsumsi susu kedelai lokal itu.

Ia mengatakan telah menyiapkan offtaker yang akan membeli hasil kedelai petani, bahkan mendorong offtaker melakukan MoU dengan petani dan dinas setempat untuk menjamin harga kedelai.

"Untuk itu, kami minta kepada penyuluh di Kabupaten untuk mendorong petani melakukan MoU dengan offtaker kami. Di antara offtaker kami ada Gakoptindo, Forum Doa Bangsa, Tani Makmur dan lain-lain," ujarnya.

KEYWORD :

Kedelai Lokal Penyuluh Pertanian Dedi Nursyamsi BPPSDMP




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :