Sabtu, 27/04/2024 10:39 WIB

Dorong Kampus Segera PTM, Kepala LLDikti 3: Anak SD Aja Berani

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah 3 DKI Jakarta, Paristiyanti Nurwardani mendorong perguruan tinggi segera melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.

Kepala LLDikti Wilayah III, Paristiyanti Nurwardani (Foto: Muti/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah 3 DKI Jakarta, Paristiyanti Nurwardani mendorong perguruan tinggi segera melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.

Dia mengungkapkan, ada sejumlah dampak negatif bagi mahasiswa, yang terlalu lama belajar daring (online).

Selain berpotensi mengakibatkan learning loss, efek negatifnya ialah kurang terasahnya soft skill mahasiswa, yang biasanya didapatkan dalam pembelajaran tatap muka (PTM) di kampus.

"Soft skill itu didapatkan dari komunikasi face to face manusia dengan lingkungan sekitarnya. Saya khawatir kalau mahasiswa terlalu lama tidak bertemu dosen, respek mahasiswa ke dosen berkurang," ungkap Paristiyanti saat ditemui di Kantor LLDikti Wilayah 3, Jakarta pada Jumat (21/1).

"Jangan-jangan enggak punya teman, karena biasa lihat cuma di layar laptop. Menurut saya, kompetensi sosial penting untuk selalu diperhatikan," sambung mantan Sekretaris Ditjen Dikti Kemdikbudristek ini.

Dampak negatif selanjutnya ialah sulit mengukur keberhasilan profil Pelajar Pancasila, jika mahasiswa hanya belajar daring dari rumah.

"Gotong royong dengan kebhinekaan, sulit kalau pakai daring. Kemudian beriman, berakhlak mulia, mungkin bisa dengan orang tuanya, tapi akan teruji dengan orang lain. Kemudian kreatif, ada persoalan bersama dan penyelesaian bersama. Jadi pasti harus punya teman," ujar Paristiyanti.

Sementara untuk hard skill, lanjut Paristiyanti, di kampus terdapat berbagai fasilitas untuk pembelajaran yang kolaboratif. Dengan demikian, hardskill dan soft skill akan jauh lebih tercapai learning outcome-nya ketika mahasiswa belajar di kampus.

"Saya merasa dan ingin membantu jangan sampai learning loss diperpanjang lagi, hanya karena kita enggak berani ambil risiko. Kita sudah terbiasa new normal," kata Paristiyanti.

"Masak anak SD aja berani PTM, kita enggak berani. Di pendidikan tinggi lebih tahu soal mitigasi, jadi seharusnya lebih berani PTM," tutup Paris.

KEYWORD :

LLDikti III Paristiyanti Nurwardani Pembelajaran Tatap Muka PTM Terbatas




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :