Jum'at, 26/04/2024 14:13 WIB

Ketika Sekolah Tak Lagi Menarik di Mata Etnis Rohingya

Pemuda Rohingya yang tinggal di negara bagian Rakhine, Myanmar menghadapi pembatasan serius untuk mendapaptkan akses ke sekolah sejak pecahnya kekerasan di sana pada tahun 2012.

Pengungsian Rohingnya Myanmar

Bangladesh - Etnis Rohingya terancam kehilangan generasi yang berpendidikan saat anak-anak di Myanmar dan di kamp-kamp pengungsi Bangladesh berjuang untuk mendapatkan pendidikan justru mendapat pembatasan.

Pemuda Rohingya yang tinggal di negara bagian Rakhine, Myanmar menghadapi pembatasan serius untuk mendapaptkan akses ke sekolah sejak pecahnya kekerasan di sana pada tahun 2012.

"Sementara anak-anak lebih banyak disimpan di fasilitas terpisah dan tidak dapat menghadiri sekolah umum," demikian kata laporan Organisasi Rohingya Inggris (BROUK) Burma yang dirilis, Kamis (13/12).

"Siswa yang lebih tua tidak dapat menghadiri universitas," sambungnya.

Di Bangladesh, di mana lebih dari 700.000 etnis Rohingya, sekarang tinggal di kamp-kamp pengungsian setelah melarikan diri dari penumpasan brutal tentara Myanmar, dilaran mengikuti pendidikan formal, dan bahkan pembangunan sekolah permanen.

Menurut Al Jazeera, akibat dari pembatasan itu, kebanyakan anak muda Rohingnya hanya menghadiri pusat pembelajaran informal yang dikelola oleh kelompok masyarakat sipil.

"Sekarang, lebih dari sebelumnya, kami membutuhkan Rohingya yang berpendidikan yang dapat bertindak sebagai pemimpin bagi masyarakat, tetapi selama pendidikan masih sangat dibatasi, ini tidak mungkin," kata Presiden BROUK,  Tun Khin, dalam sebuah pernyataan.

"Kami menghadapi prospek generasi yang hilang," sambungnya.

KEYWORD :

Etnis Rohingya Militer Myanmar Pembantaian Etnis




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :