Sabtu, 20/04/2024 02:49 WIB

Sekam Padi Penuhi Kebutuhan Listrik di Daerah Terpencil

Sylvia memanfaatkan limbah sekam padi sebagai anoda untuk aplikasi baterai temperatur dan tegangan tinggi.

Sylvia Ayu menemukan pengganti energi anoda baterai dari sekam padi (Foto: Doc Pribadi)

Jakarta - Pada tahun 2016, Indonesia adalah penghasil padi ketiga di dunia (data FAO 2018), 20- 30 persen dari hasil penggilingan padi adalah berupa sekam yang kemudian menjadi limbah.

Hasil survei yang Sylvia Ayu Pradanawati lakukan, pulau kecil dan daerah terpencil di Indonesia masih banyak yang belum terjangkau listrik maupun teknologi baru dan terbarukan (EBT) yang kini gencar digalakkan pemerintah.

Pada stand alone EBT system (tanpa jaringan PLN), baterai memegang peranan penting sebagai penyimpan energi dari EBT.

"Saat ini, kendala baterai yang berat dan rawan terhadap perubahan iklim mengakibatkan biaya pengiriman ke daerah pelosok menjadi tinggi," ujar peraih penghargaan Women`s in Science L`oreal 2018 ini.

Untuk membantu mengurangi resiko dan biaya transportasi baterai diperlukan baterai yang lebih ringan dan stabil. Hal ini akan mempermudah pulau kecil dan daerah terpencil mendapatkan listrik.

Dalam penelitiannya peraih PhD dengan fast track program pada bidang applied science ini memanfaatkan sekam padi karena mengandung Silicon Carbida (SiC), yang merupakan salah satu komposisi utama dalam pembuatan Anoda baterai berbasis silikon.

Sekam padi sebagai bahan bakunya dengan kandungan SiC secara teoritis mampu menjadikan Anoda baterai yang baik dan stabil. Hal ini dapat membantu memenuhi kebutuhan di daerah terpencil akan sumber listrik yang aman dan awet.

Sylvia adalah seorang peneliti di Universitas Surya. Ia mendapatkan gelar Sarjana Teknik di bidang Teknik Fisika pada tahun 2011 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

“Pada dasarnya, dunia penelitian adalah sebuah passion. Seorang peneliti melakukan penelitian dalam setiap aspek kehidupan," ujar ibu satu putri ini.

Sylvia memulai penelitian ilmiah sejak SMA dan mulai tertarik pada penelitian mengenai kanker paru-paru ketika kuliah di jenjang S1. Ia kemudian melanjutkan program Doctoral pada tahun 2013 dan mendapatkan award fast track program untuk PhD yang membuat ia tertarik untuk meneliti baterai karena fenomena
renewable energy memang sangat gencar dari tahun ke tahun.

Keluarga sang peneliti ini sangat mendukung penelitian, termasuk suaminya yang juga seorang peneliti. Bahkan sang anak yang baru berusia 4,5 tahun pun bercita-cita menjadi seorang peneliti.

"Saya melihat peneliti bukan sebagai sebuah profesi, melainkan sebagai sebuah passion karena adanya semangat memecahkan masalah dan membantu orang lain dalam setiap proses penelitian," imbuhnya.

KEYWORD :

Peneliti Perempuan Sekam Padi Anoda Baterai




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :