Kamis, 25/04/2024 19:45 WIB

Masih Banyak Penyintas Kanker Payudara Percaya Pengobatan Alternatif di Bali

Tak mudah memberikan edukasi mengenai betapa pentingnya deteksi dini dan pengobatan Kanker Payudara di Bali. Mengapa?

Hasta berharap kelak bersama Bali Pink Ribbon ia akan lebih banyak menyuarakan kewaspadaan dan pentingnya deteksi dini (Foto: Ecka Pramita)

Jakarta - Statistik WHO menunjukkan tingkat prevalensi kanker payudara dunia pada 6,3 juta (pada akhir 2012) tersebar di 140 negara.

Tak hanya penyintas kanker payudara yang berjuang melawan kanker, pendamping atau aktivis yang paling dekat dengan penyintas pun turut berjuang.

Seperti yang dialami Penasihat Bali Pink Ribbon Foundation Hasta Sanders yang concern pada pendampingan survivors dan warriors kanker payudara.

Pengalaman pribadi kehilangan sang kakak tercinta yang berpulang karena kanker payudara, mengantarkan ia bertemu teman di luar negeri dan mengenal banyak aktivis Bali Pink Ribbon.

Kanker payudara di Provinsi Bali sendiri, tingkat prevalensinya mencapai 1,233 pada tahun 2013. Hasta mengatakan selama ini mendampingi, khususnya di Bali semua serba tertutup, kena sakit kebanyakan larinya ke alternatif.

"Sudah menjadi bagian dari adat mereka yang tidak bisa diubah begitu saja, sehingga jadi challenge buat kami saat mendampingi. Sebab sebagian besar dari mereka lebih memilih pengobatan secara alternatif lebih dulu," ucap Hasta

Tak heran, lanjut Hasta banyak yang periksa ke dokter di Rumah sakit ketika sudah mencapai stadium lanjut. Belum lagi sebagian besar dari mereka sangat meyakini jika sakit adalah karma atau akibat ilmu hitam sehingga tak mudah untuk diajak berobat.

Kendati demikian, Hasta yang ditemui Jurnas.com di acara temu penyintas YKPI ini tidak menyerah dengan kondisi di atas. Baginya mendampingi mereka jadi sebuah challenge meski tidakudah mengubah sebuah mindset yang sudah mengakar. "Tantangannya bisa dibilang
lebih keras daripada pulau lain. Tapi kami harus pantang menyerah," tegasnya.

Dari lima tahun terakhir ini Hasta banyak dibantu sosial media yang memudahkan percakapan mereka. Hingga suatu saat RS di Sanglah membludak karena banyak pasien kanker payudara.

Sebagai seorang penasihat, Hasta berharap kelak bersama Bali Pink Ribbon ia akan lebih banyak menyuarakan kewaspadaan dan pentingnya deteksi dini. Telah berdiri selama 10 tahun Bali Pink Ribbon terus memberikan edukasi bagi para perempuan di Bali.

Tentang Bali Pink Ribbon

Bali Pink Ribbon didirikan oleh Gaye Warren, seorang penderita kanker payudara Inggris yang telah tinggal di Jakarta selama lebih dari dua puluh tahun. Setelah perawatannya sendiri untuk kanker payudara dan suaminya pensiun, mereka pindah dari Jakarta ke Bali. 

Tak lama setelah itu, Gaye menemukan bahwa infrastruktur di Bali untuk membuat perempuan sadar akan kanker payudara hampir tidak ada, meskipun keahlian medis profesional tersedia di pulau itu dengan setidaknya dua rumah sakit menawarkan perawatan kanker payudara kepada pasien.

Sebagai anggota Asosiasi Perempuan Internasional Bali, Gaye dan dua temannya membujuk Ketua Umum BIWA untuk memulai kampanye penggalangan dana untuk kesadaran kanker payudara di Bali. 

Dari benih kecil itu, mereka berempat mengembangkan prototipe Pita Pink Walk untuk Bali, berdasarkan pengalaman Gaye tentang Pita Merah Muda Berjalan di Inggris.

KEYWORD :

Kanker Payudara Pendamping Pengobatan Spiritual




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :