Jum'at, 03/05/2024 07:11 WIB

Mimpi Peraih Beasiswa ADik 3T Untad: Kuliah S-2 di Jogja

Idul dan Hilal merupakan dua mahasiswa sarjana peraih beasiswa affirmasi pendidikan tinggi (ADik) 3T Kemdikbudristek

Peraih beasiswa ADik 3T di Untad, Hilal Rapsanjani (Foto: Muti/Jurnas.com)

Palu, Jurnas.com - Kuliah di Yogyakarta. Muhammad Idul Adha dan Hilal Rapsanjani kompak menyebutkan satu kalimat yang sama ketika ditanya rencana setelah lulus dari Universitas Tadulako (Untad), Palu.

Idul dan Hilal merupakan dua mahasiswa sarjana peraih beasiswa affirmasi pendidikan tinggi (ADik) 3T dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudrstek). Keduanya juga sama-sama berasal dari Konawe, kabupaten yang masuk dalam daftar daerah 3T menurut data Bappenas.

Meski sama-sama tumbuh dan besar di daerah 3T yang banyak berdiri pabrik-pabrik tambang, tidak membuat Idul maupun Hilal patah arang. Merantau jauh ke Palu, Sulawesi Tenggara keduanya lakoni demi menempuh pendidikan tinggi.

Idul sebenarnya sempat berencana bekerja selepas lulus SMA di salah satu perusahaan tambang. Apalagi, dia diiming-imingi gaji sebesar Rp7 juta per bulan untuk bekerja sebagai operator alat berat. Namun, rencana itu dia urungkan.

"Orang tua bilang lebih baik kuliah. Karena ijazah SMA kerjanya susah dan kasar. Kalau ada titel bisa dapat jabatan yang lebih baik," ucap Idul di sela-sela kegiatan Press Tour Kemdikbudristek pada Kamis (2/11) lalu.

Kini, nyaris 800 kilometer dari Konawe, Idul berkuliah gratis di Untad. Setiap bulannya, mahasiswa kelahiran 2004 ini memperoleh bantuan biaya hidup sebesar Rp3.750.000 dari pemerintah pusat untuk menunjang proses perkuliahannya hingga lulus.

Biaya hidup yang cair tiga bulan sekali itu dimanfaatkan Idul untuk membayar tempat tinggal, memenuhi kebutuhan sehari-hari, hingga membeli perlengkapan kuliah.

"Cukup (dari beasiswa ADik), karena bayar kos cuma Rp700 ribu per bulan. Sisanya buat tugas dari kampus," ucap Idul.

Kendati tak dibebani biaya pendidikan, Idul tak bisa berleha-leha. Dia harus belajar keras untuk mempertahankan IPK tetap di atas 3,0, supaya statusnya sebagai penerima beasiswa tidak dicabut.

"Caranya rajin-rajin cari teman sehingga ketika tidak paham (materi perkuliahan) bisa tanya," imbuh mahasiswa akuntansi semester ketiga itu.

Semangat yang sama juga dirasakan Hilal. Beasiswa ADik menuntut dia belajar lebih keras supaya mendapatkan nilai yang konsisten. Karena itu, dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk memperdalam materi perkualihan. Tak heran, Hilal memperoleh nilai IP 3,6 di semester pertama dan 3,5 di semester kedua.

"Saya selalu ikut perkuliahan, mengerjakan tugas kuliah, dan aktif dalam perkuliahan. Makanya tidak aktif di organisasi," tutur Hilal.

Usai lulus dari Untad, Idul dan Hilal punya mimpi yang sama. Apabila kembali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang magister (S-2), keduanya ingin berkuliah di Yogyakarta. Harapannya, ketika kembali ke Konawe nanti, mereka bisa memberikan sumbangsih untuk daerah.

"Cita-cita pengin jadi pengusaha, karena itu ambil akuntasi karena lapangan kerjanya luas. Setiap sektor pasti membutuhkan akuntan," tutup Hilal.

KEYWORD :

Beasiswa ADik Kemdikbudristek Untad Universitas Tadulako




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :