Sabtu, 27/04/2024 18:02 WIB

Indonesia "Ajari" UNESCO Cara Revitalisasi Bahasa Daerah

Indonesia

Puncak peringatan Bahasa Ibu Internasional di UNESCO (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Indonesia membagikan praktik baik upaya revitalisasi bahasa daerah di markas UNESCO, Paris, Prancis dalam puncak peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional pada Rabu (22/2) kemarin.

Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Asisten-Direktur Jenderal UNESCO, Stefania Giannini, yang juga dihadiri oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim secara daring.

Nadiem mengatakan Indonesia melakukan pelindungan bahasa daerah melalui platform Merdeka Belajar Episode Ke-17: Revitalisasi Bahasa Daerah, dengan memulai pendekatan inovatif untuk melestarikan bahasa daerah.

Tujuannya bukan hanya untuk melestarikan bahasa daerah, tetapi juga untuk memulai revitalisasi linguistik, serta memperluas penggunaannya dalam kehidupan publik sesuai dengan perkembangan dunia modern.

"Bahasa lebih dari sistem komunikasi terstruktur karena bahasa menghubungkan orang. Revitalisasi bahasa ibu dunia adalah jalan untuk memperluas potensi pendidikan untuk membebaskan semua siswa," ujar Nadiem.

Duta Besar RI di Paris, Mohamad Oemar yang menjadi pembicara kunci (keynote speaker) menjelaskan kondisi bahasa daerah di Indonesia, yang vitalitasnya beragam.

"Mari kita bersama-sama memupuk solidaritas, membangun masyarakat yang damai dan inklusif, berdasarkan saling pengertian, toleransi, dan dialog," pesan Dubes Oemar.

Dalam sesi panel kedua, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), E. Aminudin Aziz, yang menjadi panelis utama menyampaikan implementasi revitalisasi bahasa daerah. Dia menyebut sembilan prinsip utama yang menjadi acuan pelaksanaan revitalisasi.

Antara lain: lebih fokus pada gagasan revitalisasi melalui pembelajaran berkelanjutan dan pengawasan langsung; partisipasi intensif seluruh pemangku kepentingan mulai dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan dengan mewajibkan penggunaan bahasa daerah di ranah keluarga, masyarakat, dan sekolah; serta adopsi berbagai model revitalisasi yang disesuaikan dengan konteks dan keadaan setempat.

Dalam paparannya, Kepala Badan Bahasa juga menyampaikan keberhasilan program revitalisasi bahasa daerah pada 2022 berdasarkan data kuantitatif yang melibatkan sejumlah kepala sekolah, pengawas, guru, penggiat bahasa dan sastra, dan siswa dalam kegiatan revitalisasi bahasa daerah di 13 provinsi.

Sementara itu, Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman yang menjadi panelis kedua menyampaikan bahwa dari 14 bahasa daerah di Sulawesi Selatan terdapat empat bahasa dominan, yakni Toraja, Bugis, Makassar, dan Mandar. Keempat bahasa itulah yang direvitalisasi pada tahap awal.

Menurut Gubernur, tantangan utama dalam pelindungan bahasa daerah di Sulawesi Selatan meliputi penggunaan bahasa Indonesia dan asing yang masif, kurangnya guru bahasa daerah, serta metode pembelajaran yang tidak tepat.

Solusi yang ditawarkan oleh Gubernur adalah penguatan kolaborasi dengan seluruh jajaran di pemerintah daerah, untuk mendukung upaya pelestarian bahasa daerah. Selain itu, bersinergi dengan pemerintah pusat melalui Balai Bahasa dengan menyediakan sumber daya manusia dan anggaran.

Selain pembicara dari Indonesia, dalam diskusi panel berikut tampil beberapa panelis dari berbagai negara seperti Prancis, Haiti, Karibia, Belanda, Afrika Selatan, Swiss, Saint Lucia, Jepang, Jerman, dan Swedia.

KEYWORD :

UNESCO Bahasa Daerah Revitalisasi Kemdikbudristek




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :