Sabtu, 27/04/2024 09:39 WIB

Kisah Sukses Guru SMPN 23 Semarang Asah Daya Kritis Siswa

Kisah Sukses Guru SMPN 23 Semarang Asah Daya Kritis Siswa

Mubarok, guru IPA di SMPN 23 Semarang (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Kisah sukses ditorehkan oleh Mubarok, pengajar di SMP Negeri 23 Semarang, Jawa Tengah. Melalui program Jateng PINTAR, yang merupakan kolaborasi antara Tanoto Foundation dan Pemprov Jawa Tengah, dia berhasil memantik daya kritis siswa dengan cara berkesan.

Awalnya, Mubarok mengamati pasca pembelajaran jarak jauh yang seharusnya menciptakan rindu antar siswa-siswi, justru kenyataannya semakin menjauhkan hubungan.

Mubarok menyaksikan sendiri siswa-siswinya sibuk memainkan gawai masing-masing. Tak ada suasana cair, berisik nan seru khas remaja. Pandemi benar-benar membuat situasi yang tak biasa bagi pendidikan di Indonesia.

Kondisi ini membuatnya resah. Berangkat dari itu, tuntutan mengejar materi dari kurikulum bukan lagi menjadi prioritas utama. Sebaliknya, pembelajaran yang ringan dan menyenangkan akhirnya dipilih untuk mengawali pertemuan yang dingin tersebut.

Mubarok beruntung. Rekan-rekan guru di tempatnya mengajar, SMP Negeri 23 Semarang, juga memiliki semangat yang sama untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan.

Bak gayung bersambut, Program PINTAR Tanoto Foundation yang diterapkan mulai Agustus 2021 di sekolahnya, juga turut mendukung apa yang diyakini Mubarok tentang pentingnya menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan.

"Program PINTAR Tanoto Foundation dapat membantu guru untuk lebih memahami siswa. Penerapan asesmen diagnostik kognitif dan non-kognitif menjadi bekal berharga guna menciptakan aneka ide pembelajaran," kata Mubarok beberapa waktu lalu.

Dengan memahami profil siswa, lanjut Mubarok, dapat menjauhkan guru dari kecenderungan meremehkan kemampuan siswa. Baginya kemampuan dan kebiasaan belajar siswa berbeda-beda dan tak bisa dipukul rata.

Keyakinan tersebut Mubarok buktikan dalam salah satu pengalaman mengajar materi zat aditif. Jika biasanya guru akan menjelaskan terlebih dahulu definisi dan ciri zat aditif kepada siswa. Mubarok justru membalik prosesnya.

Dia menantang siswa untuk menjadi penemu. Mubarok memberikan misi kepada siswa untuk menemukan apa saja zat yang terkandung dalam makanan dan minuman ringan yang mereka konsumsi sehari-hari.

"Siswa menyelesaikan misi dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai literatur. Hingga akhirnya, setelah melakukan presentasi dan diskusi bersama rekan sejawat, sebagian besar siswa dapat menyadari bahwa ternyata banyak makanan yang mereka konsumsi mengandung zat adiktif," terang guru IPA tersebut.

Metode discovery learning inilah yang kemudian kerap dipraktikkan Mubarok untuk mendorong kemampuan literasi, utamanya untuk mempertajam daya kritis siswa.

Ketulusannya dalam mengajar selama tiga dekade tak pernah luntur. `Menjadi orang yang bermanfaat` menjadi mantra paling ampuh yang diwariskan orang tua kepada Mubarok. Mantra itu lah yang membawa dirinya mengabdikan diri sebagai guru. Yang memantapkan langkahnya setiap pagi untuk bertemu siswa-siswi.

Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menegaskan pentingnya bagi guru untuk selalu berinovasi dan melakukan terobosan guna meningkatkan kualitas pembelajaran.

"Program Jateng PINTAR mendukung para guru untuk berkreasi menciptakan praktik baik pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan khususnya di masa pandemi. Praktik baik pembelajaran kemudian didiseminasikan kepada rekan-rekan guru di sekolah lain melalui berbagai platform seperti sosial media dan surat kabar, sehingga para guru saling menginspirasi untuk mempercepat peningkatan kualitas pendidikan," kata Ganjar Pranowo dalam kesempatan berbeda.

Menurut Ganjar, program Jateng PINTAR yang merupakan bagian dari Program PINTAR Tanoto Foundation selaras dengan tujuan Provinsi Jawa Tengah meningkatkan kualitas pendidikan, serta sejalan dengan salah satu misi Kemdikbudristek yaitu mewujudkan pendidikan yang relevan dan berkualitas tinggi, merata dan berkelanjutan, didukung oleh infrastruktur dan teknologi.

Sementara itu Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation M Ari Widowati menuturkan bahwa pelatihan yang dilakukan oleh Tanoto Foundation telah menghasilkan kepala sekolah dan guru unggul atau fasilitator telah memberi banyak warna dalam kemajuan pendidikan di jantung Pulau Jawa.

Para fasilitator tersebut menjadikan kegiatan mendidik tidak hanya sekadar pekerjaan, namun juga pengabdian untuk membawa perubahan.

"Semangat itu pun melahirkan komitmen kuat untuk membangun lingkungan belajar yang sehat, yang berorientasi pada siswa, agar menjadi individu yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, berkebhinekaan, dan berakhlak. Keterbatasan tidak mengurangi kreativitas para fasilitator tersebut dalam menciptakan pembelajaran aktif selama pandemi," ujar Ari Widowati.

KEYWORD :

SMPN 23 Semarang Daya Kritis Program PINTAR Tanoto Foundation Jawa Tengah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :