Jum'at, 26/04/2024 05:33 WIB

KAMI Deklarasi Oposan, Karyono: Semua Tak Boleh Alergi Kritik

Pemerintah tidak perlu reaktif dan alergi terhadap pelbagai ragam kritik

Karyono Wibowo, Direktur Eksekutif IPI

Jakarta, Jurnas.com - Terbentuknya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang dimotori Din Syamsuddin dkk, telah menegaskan sikap untuk menjadi oposisi kritis terhadap pemerintahan Joko Widodo-KH Maruf Amin.

Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo berpendapat, apa yang dilakukan KAMI itu merupakan bagian dari ekspresi demokrasi.

"Tentu kita berharap gerakan moral menyelamatkan Indonesia itu memiliki semangat yang sama, yaitu persatuan dan gotong-royong untuk menyelamatkan Indonesia dari pandemi covid-19 dan pelbagai permasalahan yang tengah dihadapi saat ini," ujar Karyono, Selasa (4/8/2020).

Menurut Karyono, semua tokoh yang tergabung dalam KAMI memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, berserikat, dan berkumpul sebagaimana telah dijamin oleh konstitusi.

Jika semangatnya adalah untuk memperkuat pondasi demokrasi, jelas Karyono, maka kehadiran KAMI sebagai gerakan oposisi dibutuhkan di tengah lemahnya oposisi di parlemen.

Oleh karena itu, lanjut Karyono, pemerintah tidak perlu reaktif dan alergi terhadap pelbagai ragam kritik. Pun sebaliknya, Din Syamsudin dan sejumlah tokoh yang bergabung atau mendukung gerakan KAMI jangan marah atau alergi jika publik mengkritik langkah mereka.

"Itulah konsekuensi dari negara demokrasi dimana kita harus saling menerima perbedaan pendapat," tegasnya.

Karyono mengingatkan siapa pun bisa sependapat dan bisa pula berbeda pendapat dengan Din Syamsudin dkk dalam memandang persoalan bangsa saat ini. Namun meskipun ada perbedaan pandangan, tetapi Karyono yakin 100 persen ada kesamaan rasa dalam mencintai tanah air Indonesia.

Terkait narasi menyelamatkan Indonesia yang menjadi alasan pendirian KAMI, Karyono menyebut semua pasti setuju, karena setiap anak bangsa berkewajiban untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari keterpurukan.

"Mungkin yang membedakan hanya persoalan cara pandang. Din Syamsudin dkk memandang Indonesia dengan pesimistis sehingga mengibaratkan Indonesia sebuah kapal yang sebentar lagi akan tenggelam," lanjutnya.

Pernyataan Din Syamsudin itu, jelas Karyono, beda-beda tipis dengan pernyataan Prabowo Subianto yang menghebohkan negeri bahwa Indonesia akan bubar pada 2030. Sayangnya, pernyataan tersebut tidak disertai indikator yang memadai.

Sementara pihak lain memandang Indonesia dengan optimis, meskipun harus diakui pula bahwa tekanan wabah Corona membuat ekonomi Indonesia mengalami kontraksi.

Pada kuartal II tahun 2020 Ekonomi Indonesia diprediksi mengalami kontraksi di kisaran -3,5 persen hingga -5,1 persen dengan titik tengah di -4,3 persen.

Dampak pandemi Covid-19 telah menggerus APBN kita sehingga berdasarkan catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) posisi utang pemerintah mencapai Rp5.264,07 triliun hingga akhir Juni 2020.

Utang ini naik Rp694,07 triliun dibandingkan periode yang samab2019 yang tercatat Rp4.570 triliun. Sedangkan, dibandingkan bulan sebelumnya utang pemerintah ini naik tipis sebesar Rp5,5 triliun sehingga utang Indonesia tercatat sebesar Rp5.258,57 triliun.

Pandemi Covid-19 juga menimbulkan jumlah tenaga kerja yang di PHK meningkat. Data kemenaker melaporkan tenaga kerja terdampak Covid-19 sekitar 3,05 juta orang (per 2 Juni 2020) dan memperkirakan tambahan pengangguran bisa mencapai 5,23 juta.

Dampak pandemi Covid-19 ini juga menggerus daya tahan ekonomi rakyat. Berdasarkan hasil survei LSI Denny JA yang digelar di 8 provinsi besar di Indonesia pada pertengahan Juni 2020, terdapat 74,8 persen masyarakat yang berada di zona merah Covid-19 merasa kondisi ekonomi kian memburuk dibanding sebelum covid.

Adapun 22,4 persen responden menyatakan kondisi ekonomi tidak berubah dan hanya 2,2 persen yang menyatakan kondisi ekonomi mereka lebih baik, sedangkan 0,6 persen menjawab tidak tahu.

Karyono mengakui, sederet persoalan yang menimpa Indonesia saat ini memang menjadi tanggung jawab pemerintah. Tetapi mengatasi situasi krisis akibat pandemi ini tentu memerlukan partisipasi publik dan membutuhkan peran semua komponen bangsa, tak terkecuali tokoh masyarakat yang tergabung dalam KAMI.

Oleh karena itu komitmen tokoh-tokoh yang tergabung di dalam KAMI tidak bergeser dari gerakan moral, yang tidak sekadar menyampaikan kritik destruktif tapi juga memberikan masukan, saran, dan solusi untuk mengatasi pelbagai persoalan bangsa.

"Saya berharap deklarasi KAMI dilandasi niat yang tulus untuk menyelamatkan Indonesia kini dan yang akan datang, bukan sekadar menjadi kumpulan orang sakit hati, dendam, iri hati apalagi kumpulan politisi yang inigin mengail di air keruh dengan memanfaatkan situasi sulit ini," tuntas Karyono Wibowo.

KEYWORD :

Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia Karyono Wibowo Oposisi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :