Sabtu, 20/04/2024 02:22 WIB

Terobosan di Hulu Tebu Disebut Stagnan

Seperti diketahui, fenomena kenaikan harga kebutuhan pokok, khususnya gula menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) sudah mulai terasa.

Pengamat Pertanian, Bayu Krisnamurthi di sela peringatan Hari Kopi Nasional yang dihelat di Auditorium Gedung F Kementerian Pertanian, Rabu 11 Maret 2020. (Foto: Supi/JURNAS))

Jakarta, Jurnas.com - Sektor di hulu perkebunan tebu ternyata belum pernah lagi mengalami perubahan yang signifikan sejak Menteri Pertanian (Mentan) era Kabinet Indonesia Bersatu I.

Demikian kata pengamat pertanian, Bayu Krisnamurthi yang dijumpai jurnas.com di sela acara peringatan Hari Kopi Nasional yang dihelat di Auditorium Gedung F Kementerian Pertanian, Rabu (11/3).

"Kita bikin terobosan di hulu itu rasanya sih zaman Pak Agus Pakpahan (Mantan Dirjen Perkebunan di era Mentan Anton Apriyantono), sampai sekarang belum ada lagi. Harus ada injeksi investasi untuk itu," katanya.

Seperti diketahui, fenomena kenaikan harga kebutuhan pokok, khususnya gula menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) sudah mulai terasa. Saat ini, harga gula sudah menerobos angka yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp12.500 per kg menjadi Rp17.000 per kg.

Untuk meredam harga tersebut, pemerintah pun terpaksa harus membuka keran impor gula sebanyak 438,8 ribu ton meskipun sudah mepet dengan musim giling tebu 2020.

Menteri Perdagangan (Mendag), Agus Suparmanto mengatakan, gula kristal mentah (GKM) impor sebanyak 260 ribu ton dari total persetujuan impor sudah mulai masuk pada akhir Maret.

Data perkebunan menyebtukan, Kebutuhan gula konsumsi atau gula putih nasional sebanyak 2,8 juta ton yang penuhi dengan produksi nasional sebesar 2,5 juta ton dan melalui impor sebesar 300 ribu ton.

KEYWORD :

Sektor Hulu Tebu Impor Tebu Bayu Krisnamurthi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :