Sabtu, 27/04/2024 09:44 WIB

Empat Pola Asuh yang Memicu Perilaku Bullying

Pola asuh, walaupun itu berasal dari luar diri anak, namun erat kaitannya dengan pembentukan karakter dan kepribadian anak.

Psikolog Nuzulia Rahma (Foto: Dok. Pribadi)

Jakarta, Jurnas.com - Sedang viral kasus siswi SMP di Pontianak yang mengalami pengeroyokan boleh siswi SMA berlatar asmara. Kasus tersebut memicu perhatian dan keprihatinan banyak pihak.

Salah satu faktor penyebab yang paling dekat menurut Psikolog Nuzulia Rahma Tristinarum ialah faktor internal, hal hal yang datang dari dalam diri diantaranya karakter dan persepsi anak.

Hal ini sangat erat kaitannya dengan pola asuh orang tua. Bagaimana anak diasuh dan dididik oleh orang tuanya.
"Pola asuh, walaupun itu berasal dari luar diri anak, namun erat kaitannya dengan pembentukan karakter dan kepribadian anak," ucap Lia melalui instant messenger kepada Jurnas.com.

Beberapa pola asuh yang dapat menimbulkan perilaku bullying menurut Lia adalah:

1. Diabaikan

Terutama diabaikan emosinya. Kurang pelukan dan perhatian dalam segi waktu. Tidak adanya attachment dengan orang tuanya.

"Saat anak diabaikan, ia akan mencari pengakuan dan perhatian dari orang lain atau lingkungannya. Saat inilah peran lingkungan mengambil alih anak," ucapnya.

2. Kekerasan yang dilihat dan dirasakan anak.

Misalnya anak yang melihat orang tuanya kasar akan meniru perilaku tersebut. Misalnya kasar terhadap pasangan, kasar terhadap anak (diri si anak) dan kasar terhadap orang yang dianggap lebih lemah dan rendah (pembantu, supir, pegawai, dll)

3. Dimanjakan, selalu dituruti keinginannya.

Anak yang selalu dituruti keinginannya tanpa batasan, akan merasa bahwa dia dapat melakukan apapun yang dia mau tanpa merasa bersalah. Apalagi jika berkaitan dengan uang.

"Anak yang "dibeli" dengan uang, artinya kebutuhan psikologisnya diganti dengan materi dan uang, ia akan melakukan hal yang sama. Mengganti sikap dan perilaku dengan uang. Ia akan merasa bahwa segala sesuatu bisa dibeli dengan uang," imbuh Lia.

4. Tidak diajak berpikir kritis

Dalam hal ini, anak tidak dilatih untuk melihat dan memilih apa yang baik dan tidak baik, apa yang boleh dan tidak boleh. Berpikir kritis dimulai dari balita.

"Misalnya anak diajarkan dan diberi kepercayaan untuk memilih bajunya sendiri. Saat usia anak lebih besar, diberi kepercayaan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Tentu saja sambil tetap didampingi dan diobservasi," ujarnya memberi ilustrasi.

KEYWORD :

Pola Asuh Bullying Anak




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :