Jum'at, 26/04/2024 13:50 WIB

Lahan Rawa Berkah Bagi Indonesia, Ini Alasannya?

Dedi menjelaskan bahwa pemerintah saat ini belum banyak membuka rawa baru untuk lahan sawah, karena lebih fokus pada optimalisasi lahan sebelumnya.

Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Dedi Nursyamsi dalam Konprensi Pers dan dan Kunjungan Pers ke Bogor Agro Science Techno Park (BASTP) di Kantor Pusat Penelitian Cimanggu, Bogor, Jawa Barat, Jumat 14 Desember 2018. (Foto: Ist)

Bogor - Rawa adalah anugerah dan merupakan satu keistimewaan yang dimiliki Indonesia. Begitu kata Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Dedi Nursyamsi di Cimanggu, Bogor, Jawa Barat, Jumat (14/12).

Dedi menjelaskan bahwa pemerintah saat ini belum banyak membuka rawa baru untuk lahan sawah, karena lebih fokus pada optimalisasi lahan sebelumnya. "Saat musim kemarau atau musim hujan, luas tanamanya yang suka berubah kalau di rawa," jelas Dedi.

Lahan rawa saat musim hujan, terang Dedi, banyak yang tergenang. Akhirnya banyak  lahan yang tidak bisa ditanami, apalagi di lahan rawa lebak. Ia mengibaratkan lahan rawa lebak dengan katel.

"Kalau airnya penuh yang bisa ditanami itu ya pinggir katel atau lebak yang dangkal. Begitu airnya surut, yang bisa ditanami kan makin luas. Bahkan lebak dalam sekalipun," terang Dedi.

"Jadi tergantung musim. Kalau musim hujan, luas tanamanya berkurang. Tapi kalau musim kemarau apalagi El Nino produktivitas di rawa lebak meningkat dan sangat subur," tambahnya.

"Kenapa di Jawa  El Nino itu musibah karena banyak yang kekeringan, bahkan ada yang puso. Makanya saya selalu bilang, rawa itu anugerah. Sebab luas lahan yang bisa ditanami makin luas," tegasnya.

Dedi kembali menegaskan, Kementan saat ini fokus optimalisasi lahan rawa yang sudah dibuka sejak dahulu. Menurutnya lahan rawa yang dikembangkan sebelumnya, sistem tata kelola airnya belum berfungsi dengan baik sehingga produktivitasnya rendah.

"Nah itu yang digarap. Tata airnya diperbaiki, pintu air, tanggul, pompa dan lain-lain diperbaiki. Itu yang diperbaiki agar airnya bergerak dengan baik," jelasnya.

Dedi mengatakan, untuk membuka lahan baru dibutuhkan waktu enam hingga satu tahun. Dari mulai membersihkan semak belukar, membuat petakan hingga membuat saluran air.

"Tapi pemerintah lebih banyak optimalisasinya dibandingkan buka sawah baru. 500 ribu optimalisasi 50 ribu pembukaan sawah baru. Jadi lebih banyak optimalisasi," ungkap Dedi.

Dedi menekankan, tujuan program Kementan tersebut lebih menitiberatkan pada optimalisasi lahan rawa dengan pendekatan inovasi dan teknologi.

Ia mecontohkan, di rawa ini masalahnya adalah masam. "Kalau kita taman terus kita berdoa sepanjang malam, tetap hasilnya dua ton per hektare, ya paling tinggi tiga ton, karena air tidak bergerak," kata Dedi.

"Tapi begitu teknologi masuk, air bergerak tambahkan dolomi, bahan organik dan pemupukan berimbang produksinya jadi meletus delapan setengah per her hektare," pungkasnya.

KEYWORD :

Kementerian Pertanian Lahan Rawa El Nino Beras




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :