Kamis, 25/04/2024 12:59 WIB

PBB: Anak-anak Rohingya Butuh Pendidikan

Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat karena puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.

Kelangkaan makanan membuat pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp-kamp sulit melaksanakan puasa Ramadan seperti yang mereka lakukan sediakal. (Foto: Reuters)

Jakarta - Juru Bicara untuk Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO), Alastair Lawson Tancred menyebut anak-anak dan pemuda Rohingya di kamp-kamp pengungsi Bangladesh saat sangat membutuhkan pendidikan.

“Kami khawatir kehilangan satu generasi. Anak-anak muda terutama memiliki kesempatan terbatas untuk mendapatkan pendidikan di sini, ”kata Alastair Lawson dilansir AA.

Tancred mengatakan separuh dari sekitar 1 juta orang Rohingya yang tinggal di kamp adalah anak-anak, sebagian besar berusia di bawah 17 tahun.

"Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) bertujuan untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak yang berusia 9-14 tahun di kamp-kamp," tambahnya.

Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan negara Myanmar, menurut laporan oleh Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA).

Lebih dari 34.000 orang Rohingya juga dilemparkan ke dalam api, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli, kata laporan OIDA, berjudul "Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terkira".

Sekitar 18.000 wanita dan gadis Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar dan 113.000 lainnya dirusak, tambahnya.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, sebagian besar anak-anak, dan perempuan, melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas Muslim minoritas pada bulan Agustus 2017.

Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat karena puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.

PBB telah mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan - termasuk bayi dan anak kecil - pemukulan brutal dan penghilangan yang dilakukan oleh pasukan negara Myanmar. Dalam laporannya, penyelidik PBB mengatakan bahwa pelanggaran tersebut mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

KEYWORD :

Rohingya PBB Pendidikan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :