Jum'at, 26/04/2024 10:43 WIB

Kementan Ajak Petani dan Eksportir Lebih Disiplin terhadap Tuntutan Pasar Global

Importir di negara lain selam ini sebenarnya tidak mempersulit para pelaku usaha dalam negeri, hanya saja tuntutan akan kesadaran hidup dalam menjaga kesehatan semakin meningkat.

Kepala Badan Karantina Pertanian baru, Bambang foto bersama dengan Direktur Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP), Kementerian Pertanian (Kementan) baru, Ali Jamil usai dilantik di Jakarta, Kamis (20/5).

Jakarta, Jurnas.com - Kepala Badan Karantina Pertanian (Kabarantan), Kementerian Pertanian (Kementan), Bambang mengajak para pelaku usaha dan petani dalam negeri untuk disiplin terhadap tuntutan pasar global.

Hal itu disampaikan Pada webinar yang, diselenggarakan Forum Wartawan Pertaninan (FORWATAN), yang bertemakan “Mendorong Ekspor Berbasis Kawasan", Jakarta, Sabtu (7/8).

"Satu hal yang mungkin kurang bagus kedengarnya, saya ingin mengajak kawan-kawan kita semua untuk sadar diri bahwa kita seberanya belum disiplin terhadap tuntutan pasar global," kata Bambang.

Menurut Bambang, importir di negara lain selam ini sebenarnya tidak mempersulit para pelaku usaha dalam negeri, hanya saja tuntutan akan kesadaran hidup dalam menjaga kesehatan semakin meningkat.

"Setiap bangsa di dunia ini beruapaya mengamankan warganya dari potensi bahaya bagi kesehatan. Saya pikir tanggung jawab ini juga melekat di kita terkait erat dengan tugas Balai Karantina yang juga bertangung jawab mengamankan resiko-resiko dari bahaya bagi kesehatan," kata Bambang.

Karena itu, Bambang mendorong para petani dan pengusaha agar menyesuaikan pangsa pasar internasional agar produk pertanian dalam negeri bisa mendapatkan harga jauh lebih bagus.

"Coba kita bayangkan, permintaan biji kakao di pasar internasional besar sekali, tetapi sebagian besar yang mengekspor kakao kita dipunishment karena mutu yang tidak bagus. Padahal jika kakao kita sesuai yang meraka inginkan, maka mereka bisa menghargai 3 sampai 4 kali lipat lebih mahal," kata Bambang.

"Jepang misalnya tidak mau jika kakao itu dipupuk dengan kotoran ayam karena kotoran ayam dianggap mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Sepanjang kita bisa mengamankan dari zat-zat itu, maka mereka sangat menghargai dengan harga yaang spesial juga," sambungnya.

Presdir PT Gading Mas Indonesia Tegus (GMIT)/Produsen Edamame, Erwan Santoso menyampaikan, peningkatan populasi dan gaya hidup komunitas di negara berkembang dan maju, yang mulai menuju kearah orientasi sehat membuat peluang ekspor hortikultura terbuka lebar.

"Peluang ekspor hortikultura masih besar. Penambahan populasi, gaya hidup komunitas di negara berkembang dan maju sudah mulai menuju arah orientasi sehat, gaya hidup yang lebih baik dan kebutuhan nutrisi yang lebih seimbang," ujar dia.

Meski demikian, Erwan menjelaskan, terjadi gap yang sangat besar, yang membuat produk hortikultura di tanah sulit untuk diekapor. Salah satu alasannya adalah permintaan kualifikasi produk dari costumer diberbagai negara masih sulit dipenuhi petani.

Karena itu, lanjut Erwan, peranan dari investor ini sangat penting untuk menjempati bagaimana perusahaan bisa meningkatkan kemampuan dan kualitas petani untuk menuju konsep global standards mindset.

"Kalo itu sudah terpenuhi maka proses dsri produksi ini akan berjalan lebih lancar. Dukungan teknis tadu dari mitra bisni kita melatih kita bagaimana konsep quality control, bagaimana merespons ketidaksesuaian, dan bagaiman mambangun reuseubility konsep.

"Dengan petani kita membangun sistem yang sustainable dalam arti supaly yang berkelanjutan kemudian pendapatan yang berkelanjutan sehingga kesejahteraan petani bisa kita jaga dalam jangka yang lebih panjang," sambungnya.

KEYWORD :

Karantina Pertanian Komoditas Hortikultura Pasar Global




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :