Sabtu, 11/05/2024 02:36 WIB

Kementan Ajak Petani Lakukan Efisiensi Pemupukan

Kementan Ajak Petani Lakukan Efisiensi Pemupukan

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi. (Foto: Ist)

JAKARTA, Jurnas.com -  Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak petani untuk melakukan efisiensi pemupukan dengan pemupukan berimbang di tengah mahalnya harga pupuk dan keterbatasan jumlah pupuk subsidi.

Ajakan tersebut disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi dalam acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPPP) volume 34, yang mengangkat tema Pupuk Mahal Ini Solusinya, Jakarta, pada Jumat (9/9).

Dedi yang menjadi narasumber pada acara MSPPP ini mengatakan, kenaikan harga bahan baku pupuk di tingkat internasional juga berdampak pada peningkatan pupuk di dalam negeri.

"Solusi pupuk mahal yaitu kita harus tingkatkan efisiensi pemupukan dengan pemupukan berimbang, gunakan pupuk organik (kompos), gunakan pupuk hayati (Mikro Organisme Lokal) merupakan dan gunakan pembenah tanah (biochar/arang)," jelas Dedi.

Lebih lanjut, Dedi menjelaskan tentang pemupukan berimbang yaitu pemberian pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kesuburan tanah agar terjadi keseimbangan hara di dala tanah sehingga tercapai favorable (kondusif) untuk pertumbuhan tanah.

"Diperlukan lima tepat dalam penggunaan pupuk yaitu tepat jenis dalam menentukan jenis pupuk, tepat dosis sesuai sesuai dengan status hara tanah, tepat waktu dengan disesuaikan kapan tanaman membutuhkan asupan, tepat bentuk dengan formula sesuai dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman, tepat cara pada saat pemupukan," ujar Dedi.

Dedi juga memaparkan bagaimana melakukan pengujian tanah melalui alat perangkat PUP (Perangkat Uji Pupuk) untuk menguji apakah pupuk tersebut asli atau tidak. PUTR (Perangkat Uji Tanah Rawa) khusus untuk tanah rawa. PUPO (Perangkat Uji Pupuk Organik) alat bantu Analisa kimia pupuk organic secara cepat. Soil sensor untuk melihat kadar hara di dalam tanah.

"Kepada para penyuluh pertanian ayo kita gunakan pupuk organik dan hayati sebagai solusi dari pupuk yang mahal," imbuh Dedi Dedi.

Terpisah,  Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, perang Rusia dan Ukraina membuat bahan bahan baku pupuk seperti gugus fosfat yang sebagain besar dari negara tersebut tersendat.

"Jadi yang tidak dapat pupuk subsidi segeralah menghadirkan pupuk organik. Minimal setiap Kabupaten harus jadi percontohan dan tidak mengandalkan bantuan pemerintah pusat," ajak Mentan.

Lebih lanjut Mentan mengatakan sebagai gambaran, kebutuhan pupuk nasional mencapai 24 juta ton. Sementara yang tersedia saat ini hanya sembilan juta ton. Dari sekian banyaknya pupuk, bahan utamanya merupakan unsur fosfat yang sebagian besar dari Rusia Ukraina.

"Pupuk ini memang bukan langka tapi kurang. Oleh karena itu, kita harus bekerja lebih dan semakin berinovasi. Jadi kita harus cepat dan cermat terhadap berbagai masalah," jelas Mentan.

KEYWORD :

Pupuk Mahal Dedi Nursyamsi Syahrul Yasin Limpo Efisiensi Pemupukan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :