Minggu, 19/05/2024 18:42 WIB

DPR Minta Pemerintah Maksimalkan Dukungan IAEA untuk Pembangunan PLTN di Indonesia

Pemerintah harus dapat memaksimalkan dukungan dunia internasional ini untuk mensukseskan program transisi energi nasional yang sekarang ini masih didominasi oleh energi fosil.

Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS, Mulyanto. (Foto: Dok. Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS, Mulyanto meminta Pemerintah konsisten jalankan tahapan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang sudah direncanakan agar dapat terwujud sesuai jadwal yang ditetapkan. Apalagi Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency) secara penuh siap memberikan dukungan untuk pelaksanaan program ini.

Politikus PKS ini mengatakan, IAEA siap mendukung terwujudnya PLTN pertama di Indonesia melalui skema bantuan yang tersedia, termasuk dalam tahap awal pembentukan NEPIO (organisasi pelaksana PLTN).

"Pemerintah harus dapat memaksimalkan dukungan dunia internasional ini untuk mensukseskan program transisi energi nasional yang sekarang ini masih didominasi oleh energi fosil. Selain itu juga fokus dan konsisten agar proyek pendirian PLTN pertama di Indonesia ini benar-benar dapat terwujud," kata Mulyanto dalam keterangan resmi kepada wartawan, Selasa (7/5).

Hal yang sama diutarakan usai diskusi mendalam dengan Atase Iptek KBRI Austria, Dr. Irma Gultom di Wina, Austria, Senin, (5/5).

Mulyanto menjelaskan, IAEA melihat Indonesia berada di fase pertama program PLTN, yakni fase pembentukan kebijakan.  Kalau fase ini serius dijalankan maka perlu waktu 10-15 tahun untuk pembangunan PLTN sampai siap dioperasikan.

"Ini masih sesuai dengan kerangka waktu yang ada, dimana Indonesia berencana akan mengoperasikan PLTN pada tahun 2035," lanjut Mulyanto.

Sementara terkait pilihan tipe PLTN, IAEA sendiri sepenuhnya menyerahkannya pada kepentingan Indonesia.

Mulyanto memperkirakan Indonesia perlu membangun PLTN dengan kapasitas minimal 1.000 MW per unit untuk menggantikan pembangkit yang sebelumnya beroperasi untuk based load (beban dasar) dengan menggunakan batu bara.

"Tentu yang kita butuhkan adalah tipe reaktor yang sudah established, APWR (reaktor air tekan maju) maupun ABWR (reaktor air didih maju) bukan reaktor eksperimental, apalagi reaktor berdaya kecil. Untuk sumber daya listrik yang kecil, apalagi untuk beban puncak, masih dapat digunakan listrik dari sumber cahaya matahari atau angin, yang bersifat intermitten," terangnya.

 

KEYWORD :

Warta DPR Komisi VII PKS Mulyanto PLTN IAEA




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :