Rabu, 15/05/2024 12:40 WIB

Kementan Dorong Penyuluh dan Petani Dongkrak Produktivitas Perkebunan

Kementan Dorong Penyuluh dan Petani Dongkrak Produktivitas Perkebunan

Mentan Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP) volume 39, Jumat (21/10).

JAKARTA, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong petani dan penyuluh pertanian untuk mendongkrak produksi dan produktivitas komoditas perkebunan untuk meningkatkan ekspor.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, selama ini perkebunan telah memberikan kontribusi besar pada ekspor pertanian.

Menurut BPS, Nilai ekspor pertanian tahun 2019 hingga 2021 menunjukan tren positif. Di tahun 2020, nilai ekspor tercatat Rp 451,7 triliun atau meningkat sebesar 15,79 persen dibandingkan pencapaian nilai ekspor tahun 2019 sebesar Rp 390,16 triliun.

Sementara di tahun 2021, tercatat mencapai Rp 625,01 triliun atau meningkat 38,6 persen persen dari nilai ekspor 2020.

"Ekspor pertanian kita melejit karena subsektor perkebunan. Untuk itu, saya ingin sampaikan, komoditas perkebunan saat ini menjadi primadona kita dan akan terus menjadi primadona," kata Dedi pada acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP), dengan tema "Pembangunan Perkebunan untuk Kesejahteraan Bangsa", Jakarta, Jumat (21/10).

Meski demikian, Dedi berharap agar produksi dan produktivitas komoditas perkebunan terus digenjot dengan menerapkan smart farming, menggunakan bibit berkualitas, bermutu, dan berpotensi hasil tinggi.

"Saat ini neraca perdangan pertanian kita selalu positif dengan negara-negara manapun kita selalu positif. Ternyata positifnya disebabkan komoditas perkebunan. Komoditas lainya negatif neraca perdangan kita. Berkat subsektor perkebunan melejit, sehingga dirata-ratakan kita masih surplus," kata Dedi.

Terakhir, Dedi menyampaikan bahwa saat ini sudah ada pupuk yang sudah berkembang, seperti pupuk hayati, mikroorganisme lokal, pupuk organik, dan bahan pembenah tanah alam alami. "Itu semuanya bisa digunakan menggenjot komoditas pertanian," imbuhnya.

Terpisahak, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mendorong peningkatan kualitas varietas benih padi. Pasalnya, benih padi memegang peran penting dalam meningkatkan produktivitas beras sebagai salah satu pangan pokok strategis di Indonesia dan mendukung ekspor beras.

"Tanpa benih varietas unggul, kita tidak akan bisa surplus beras seperti yang kita bisa rasakan saat ini sehingga tidak perlu impor beras lagi. Jadi peningkatan produktivitas beras harus jadi tantangan kita bersama karena beras sangat penting bagi kehidupan Bangsa," ujar Mentan.

Pria yang biasa sapa SYL itu mengatakan sesuai data produktivitas padi Indonesia menduduki urutan ke-2 dari 9 negara-negara FAO di Benua Asia. Urutannya yakni, Vietnam, Indonesia, Bangladesh, Filipina, India, Pakistan, Myanmar, Kamboja, Thailand.

Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alamsyah, yang menjadi narasumber pada kegiatan ini mengatakan bahwa Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2022 terhadap triwulan II Tahun 2021 tumbuh sebesar 5,44 persen (y-on-y).

Ekonomi Indonesia triwulan II 2022 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,72 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 13,15 persen.

"Program unggulan ditjen perkebunan tahun 2020-2021 diantaranya korporasi perkebunan, produksi benih/nursey 20 juta dan pengembangan kawasan kopi, kelapa, jambu mete, kakao serta pengembangan sagu hulu hilir berbasis koperasi, percepatan swasembada gula komsumsi, pengembangan gula non tebu dan pengembangan kopi komandan," jelas Andi.

Selanjutnya Andi menjelaskan, strategi peningkatan produksi perkebunan di antaranya melalui logistik benih dan pengembangan kawasan melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi untuk meningkatkan produksi komoditas (program jangka panjang) kelapa, jambu mete, kakao, karet, lada, cengkeh, teh, vanili, dan kayu manis.

Pengembangan kawasan dilakukan melalui intensifikasi (program jangka pendek) untuk meningkatkan produksi kopi, kakao, karet, lada, pala dan cengkeh.

Sedangkan peningkatan nilai tambah dan daya saing melalui penyediaan alat pasca panen dan pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, karet, kelapa, kakao, pinang, kayu manis, dan nilam.

"Diharapkan untuk skema pembiayaan tidak hanya mengandalkan APBN/APBD, maksimalkan pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan CSR serta investasi," pungkas Andi.

KEYWORD :

Produktivitas Perkebunan Dedi Nursyamsi Andi Nur Alam Syah Mentan Sapa Petani dan Penyuluh Pertani




JURNAS VIDEO :



PILIHAN REDAKSI :