Selasa, 21/05/2024 15:55 WIB

Ganti Bahan Pakan Impor, Kementan Lirik Kacang Koro Pedang dan Maggot

Ada berbagai isu global yang harus menjadi perhatian, di antaranya terkait kenaikan harga bahan pakan yang disebabkan berkurangnya armada transportasi internasional.

Kacang koro pedang. (Foto: net)

JAKARTA, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengupayakan berbagai inovasi untuk mengatasi permasalahan pakan ternak, di antaranya dengan mencari bahan pakan lokal sebagai substitusi bahan pakan impor.

Demikian disampaikan Direktur Pakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Agus Sunanto dalam webinar Pengembangan Bahan Pakan Lokal (Kacang Koro Pedang dan Maggot) sebagai Substitusi Bahan Pakan Impor, yang diselenggarakan Ditjen PKH Kamis (10/2).

"Pakan merupakan unsur utama penentu harga produk pangan asal ternak, dimana porsi biaya pakan terhadap total biaya produksi antara 47,56 persen sampai 70,97 persen," jelas Agus.

Agus menjelaskan, ada berbagai isu global yang harus menjadi perhatian, di antaranya terkait kenaikan harga bahan pakan yang disebabkan berkurangnya armada transportasi internasional, kenaikan cost container, kecenderungan masing-masing negara mengamankan pangan dan pakan, serta masih adanya komponen bahan pakan yang tergantung impor.

"Upaya mencari bahan pakan substitusi impor dengan harga yang ekonomis harus segera dilakukan," tegasnya.

Meksi begitu, ia menekankan bahwa usaha mencari substitusi bahan pakan impor membutuhkan kerjasama dan sinergi berbagai pihak seperti para peneliti, akademisi, para pelaku usaha, petani dan peternak.

"Untuk mencari substitusi bahan pakan impor kita jaring semua masukan dan mencari solusi terbaik untuk menurunkan biaya bahan baku pakan, sehingga mempunyai nilai ekonomis tinggi," kata Agus.

Kepala Subdit Aneka Kacang dan Umbi Direktorat Jenderal Tanamn Pangan Kementan, Rahayu Dwikorawati menjelaskan, luas tanam kacang koro pedang di Indonesia mencapai 1.590 hektare dan ditanam hampir di seluruh Pulau Jawa, Sulawesi dan Sumatera.

Kegiatan pengembangan Kacang Koro Pedang tahun 2022 direncanakan ada di lokasi Kabupaten Sumedang, Cianjur dan Kulonprogo, karena sudah ada lahan sumber benihnya.

"Dengan adanya lahan sumber benih, maka diharapkan produksi kacang koro dapat memenuhi kebutuhan pangan maupun pakan ternak di Indonesia," ungkap Rahayu.

Guru Besar Fakultas Peternakana (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB), Nahrowi mengatakan, pemakaian bahan pakan baik impor maupun lokal sebenarnya tidak masalah asalkan ketersediaan, harga, dan kualitasnya bagus.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, terbukti bahwa kacang koro pedang dan maggot dari segi kandungan nutrisi memenuhi syarat sebagai bahan pakan andalan sumber protein di Indonesia.

Berdasarkan beberapa literatur kacang koro pedang dapat menjadi bahan pakan dan sudah lama dikenal dan ditanam masyarakat Indonesia. Adapun maggot merupakan penghasil protein hewani yang tinggi dan memiliki kandungan sekitar 41-42 persen.

Maggot dapat mensubsitusi 100 persen tepung ikan pada ayam broiler periode starter dan grower dengan menghasilkan bobot ayam broiler yang tidak berbeda nyata namun lebih ekonomis.

Ketua Umum GPMT, Desianto Budi Utomo mengatakan, dalam industri pakan, kestabilan kualitas, ketersediaan dan keberlanjutan suplai, serta faktor harga merupakan hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan bahan pakan khususnya bahan pakan lokal.

"Selama ini, tantangan penggunaan bahan pakan lokal secara umum adalah dalam hal kualitas yang tidak stabil, produksi yang masih skala kecil, harga yang relatif mahal sehingga kurang kompetitif, serta keberlanjutan ketersediaan atau kontinuitas suplainya," ungkap Desianto.

"Untuk membudidayakan maggot dapat dilakukan dengan menggerakkan masyarakat pedesaan untuk mengelola sampah dapurnya, kemudian membuat sistem inti plasma untuk pembesaran maggot di setiap desa, atau membuat 3 kelompok bisnis yang berfokus pada pembibitan, pembesaran dan pengolahan," imbuhnya.

KEYWORD :

maggot koro pedang bahan pakan ternak ditjen pkh pakan impor




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :