Jum'at, 26/04/2024 13:01 WIB

Membaca Suasana Batin Penyidik Polda Jabar di Kediaman Bahar bin Smith

Polisi paham apa yang ada di hati dan di pikiran

Taufiq Rohman, konsultan hukum dan Dosen Universitas Garut (Uniga)

Jakarta, Jurnas.com - Konsultan hukum dosen STH Garut serta Uniga Garut, Taufiq Rohman menyampaikan beberapa pandangannya atas pertemuan akrab Habib Bahar bin Smith dengan aparat Penyidik Polda Jawa Barat yang videonya viral di media sosial.

Dalam video pertemuan itu, penyidik Polda Jabar datang dan terlihat berangkulan dengan Habib Bahar bin Smith saat berpamitan usai pertemuan. Adapun tujuan kedatangan penyidik adalah untuk mengantarkan surat SPDP (Surat Perintah Dimulainya Penyidikan) atas dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh BS (Habib Bahar bin Smith, Red) berdasarkan laporan salah satu anggota masyarakat.

Taufiq mengatakan, berdasarkan hasil renungan, dan perjalan batin ketika bertugas di lapangan sebagai polisi, ia melihat sebenarnya semua berjalan dalam koridor tugas.

"Kenapa orang petugas polisi harus berbaik-baik (BUKAN SOWAN yaaa. Diulang BUKAN SOWAN) dengan BS (Bahar bin Smith), yang notabene adalah mantan narapidana merupakan tokoh kontroversi, tokoh yang keras, dan di hari terakhir justru BS juga dilaporkan sebagai melakukan tindak pidana ujaran kebencian berdasarkan SARA?" kata Taufiq memulai penjelasannya.

Ada empat hal yang dijelaskan Taufiq dalam ulasannya itu.

Pertama, dari stockholm Syndrome saya melihat benang merah bahwa petugas polisi yang datang ke padepokan BS untuk mengatarkan SPDP adalah petugas yang pernah juga menjadi penyidik kasus BS sebelumnya.

"Jadi mereka setidaknya sudah saling mengenal wajah," jelasnya.

Dalam imajinasi Taufiq, saat penyidik datang maka BS mengajak duduk lesehan khas pesantren untuk meminta penjelasan tentang perkara apa dan dimana? Maka petugas secara kewajiban hukum harus menejelaskan, dan tentu saja BS Menyampaikan narasi penolakannya.

"Itu lah proses hukum, jadi bukan hanya sekedar mengantar SPDP saja, seperti belanja online yang sering Saya lakukan," ungkapnya.

"Dalam video yang tersebar kita lebih tertarik/fokus melihat buah dan minuman padahal buah dan minuman sudah ada ketika petugas datang, mungkin di situ disiapsediakan untuk siapapun tamunya," ungkap Taufiq.

Kedua, pseudo familiary atau kedekatan semu. Menutut Taufiq, meskipun petugas itu tahu BS adalah tokoh yang "berisiko" yang sering membuat gaduh, namun petugas tetap harus santun melakukan komunimasi, bersedia mendengar keluh kecewanya BS.

Semua Polisi, jelas Taufiq, mempercayai bahwa Tersangka, Terdakwa, Narapida ataupun Residivis sekalipun punya masa depan. Jadi siapapun layak dihargai secara wajar.

Ketiga, efek video atau foto kebersamaan dalam satu ruangan yang tersebar diberbagai media massa ini mempunyai andil besar dalam kekeliruan orang menyampaikan opininya.

"Apa yang dilihat sebagai "nampak akrab" belum tentu menunjukkan suasana batin petugas. Karena untuk masuk ke padepokan yang penuh laskar, ada pagar tinggi bergembok, ada pengawal yang terus curiga, dan ketika bertemu dengan BS pun puluhan orang ada disekitarnya," jelas Taufiq.

Ia juga menyebut foto kebersamaan itu tidak identik artinya punya hati yang sama/klik. Bagi Taufiq, inilah kekeliruan yang sering, lebih cepat berkomentar, melihat masalah dipermukaan saja dan tidak mau melihat secara mendalam.

Keempat, Taufiq menilai kesalahan ini yang paling tidak disadari oleh orang yang tidak memiliki profesi "berurusan dengan manusia".

Di lapangan polisi itu dituntut untuk bersikap luwes. Kadang keselamatan diabaikan, SOP disiasati tapi bukan untuk melanggar aturan, tetapi demi pelaksanaan tugas agar efektif dan efisien.

"Coba anda bayangkan seandainya mereka datang menyerahkan langsung SPDP kemudian pamit, apa yang terjadi? Mungkin akan datang lagi antar surat-surat berikutnya akan lebih rumit karena berulang-ulang. Tetapi bila sudah terjalin komunikasi, (selanjutnya) cukuplah pakai WA," terangnya.

Bagi Taufiq, sikap luwes sesungguhnya dibutukan di dunia mana saja, karena berurusan dengan manusia adalah perkara yang paling rumit.

Taufiq menegaskan bahwa gimmick tidak bisa dibaca benar secara utuh apalagi melalui video, tanpa memahami konteks, situasi, dan kemampuan pengendalian emosi.

Ia menilai petugas polisi paham apa yang ada di hati dan di pikirannya tidak semua dapat terkirim dan ditetima dengan tepat oleh yang melihatnya, dan ini bagian dari resiko.

"Kenapa kemudian kedatangan penyidik Polisi ke padepokan BS itu menjadi heboh? inilah fenomena yang dianggap sial, yang saya berharap akan makin mendewasakan Polisi (dan juga fans dan hatternya). Semoga," tuntas Taufiq.

KEYWORD :

Penyidik Polda Jabar Habib Bahar bin Smith sowan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :