Sabtu, 27/04/2024 06:09 WIB

Dorong Pupuk Organik, Kementan Bantu UPPO Petani Gunung Kidul

Tahun 2020 Daerah Istimewa Yogyakarta mendapatkan sembilan alokasi UPPO dari Kementan, enam unit di antaranya di Kabupaten Gunung Kidul.

Peternakan sapi. (Foto: Ist)

Gunungkidul, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan bantuan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mendukung petani menyediakan pupuk organik secara mandiri.

Tahun 2020 Daerah Istimewa Yogyakarta mendapatkan sembilan alokasi UPPO dari Kementan, enam unit di antaranya di Kabupaten Gunung Kidul.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pada tahun 2020, Kementan akan mengadakan UPPO sebanyak 500 unit untuk seluruh Indonesia.

"Kami berharap dengan bantuan UPPO ini petani dapat memproduksi serta menggunakan pupuk organik dan meningkatkan produksi pertanian juga pendapatan petani," kata Syahrul.

Pembangunan UPPO dikhususnya lokasi yang memiliki potensi sumber bahan baku pembuatan kompos, terutama limbah panen tanaman, kotoran hewan dan sampah organik rumah tangga pada sub sektor tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan rakyat dan peternakan terutama pada kawasan pengembangan Desa Organik.

Sementara, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy menjelaskan, UPPO terdiri dari bangunan rumah kompos, bangunan bak fermentasi, alat pengolah pupuk organik (APPO), kendaraan roda tiga, bangunan kandang ternak komunal dan ternak sapi.

"Hingga April 2020 ini, sudah 125 unit berproses untuk mendapatkan bantuan UPPO ini," ujar Sarwo Edhy.

Menurut Sarwo Edhy, alasan Kementan mendorong petani untuk menggunakan pupuk organik adalah untuk turut merehabilitasi tanah. Pupuk organik dapat menyediakan hara tanaman dan memperbaiki struktur tanah, baik dalam memperbaiki drainase dan pori-pori tanah.

"Kementan bukan mendorong substitusi pupuk kimia ke pupuk organik. Kami mendorong penggunaan pupuk secara berimbang. Karena zat hara yang dibutuhkan tanaman juga ada di pupuk anorganik," ujar Sarwo Edhy.

Karenanya, petani harus seimbang dalam menggunakan kedua pupuk tersebut agar lahan sehat, produksi meningkat dan produktivitas melesat.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnubroto mengatakan, Gunung Kidul merupakan gudang ternak sapi di Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga perlu adanya dukungan pakan ternak sapi.

"Untuk itu, Kementan memberikan stimulan bantuan kepada kelompok tani (poktan), yang dikelola secara swadaya berupa Unit Pengolah Pupuk Organik untuk produksi pupuk kandang sebagai pupuk dasar tanaman," kata Bambang.

"Harapannya, pupuk kandang ini mampu mempercepat pertumbuhan pakan ternak," sambungnya.

Bambang mengatakan, tiga kelompok tani yang mendapat bantuan, yakni Kelompok Tani Karangjambu, Peron, Bleberan, Playen; Kelompok Tani Karangrejo, Sawahan 2, Bleberan, Playen, dan Kelompok Tani Ngudi Rejeki, Bandung, Bandung, Playen.

Lebih lanjut, Bambang mengatakan pupuk kandang yang akan diproduksi ialah pupuk organik berbahan dasar kotoran hewan (kohe) merupakan bahan utama kesuburan lahan pada setiap musim tanam.

Kebutuhan pupuk kandang atau kompos setiap tahunnya selalu bertambah, sehingga beberapa kelompok tani berharap mendapatkan bantuan UPPO untuk mencukupi kebutuhan pupuk kompos bagi anggotanya atau untuk usaha produksi dan dipasarkan.

"Kami berharap kelompok tani segera dapat mewujudkan pembangunan UPPO yang terdiri dari kandang sapi komunal, rumah kompos, kantor UPPO, mesin APO, motor roda tiga sebagai alat transportasi barang yang dikerjakan secara swakelola," kata Bambang.

Bambang berpesan, jika UPPO sudah berproduksi hendaknya pupuk kompos yang dihasilkan untuk pemenuhan kebutuhan pupuk organik di desanya dahulu. Kemudian setelah surplus produksinya bisa dipasarkan keluar.

"Hal ini dimaksudkan untuk pembenahan lahan di Gunung Kidul agar lebih terjaga kesuburannya," katanya.

Menghadapi musim kemarau, Ia mengimbau kepada petani segera mengolah lahan dan percepatan tanam di musim kedua dengan menanam padi di daerah sumber air dan palawija berumur pendek di daerah tergantung curah hujan.

Ia juga meminta petani menyimpan sebagian hasil panen musim pertama sebagai cadangan pangan ke depan. "Persiapan datangnya musim kemarau pada dasa harian ketiga April 2020 dengan penyiapan pompa air yang dimiliki," pungkasnya.

KEYWORD :

Kinerja Menteri Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta Pupuk Organik Gunung Kidul




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :