Sabtu, 27/04/2024 01:35 WIB

Kabupaten Bogor Apresiasi Aisyiyah dan YAICI dalam Memerangi Gizi Buruk

pola makan anak dalam 1000 hari pertama sangat penting.

Drg Mike Kaltarina MARS yang hadir mewakili Bupati Bogor, Ade Yasin, SH, MH., dalam acara “Edukasi Gizi Berkesinambungan”, yang dilakukan di Kabupaten Bogor, Kamis (12/3/2020).

Bogor, Jurnas.com - Bupati Kabupaten Bogor mengapresiasi peran organisasi masyarakat seperti Aisiyah dan Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI), dalam memerangi gizi buruk melalui kegiatan sosialiasi dan edukasi yang dilakukan di beberapa provinsi di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Drg Mike Kaltarina MARS yang hadir mewakili Bupati Bogor, Ade Yasin, SH, MH., dalam acara “Edukasi Gizi Berkesinambungan”, yang dilakukan di Kabupaten Bogor, Kamis (12/3/2020).

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor mendata ada sekitar 188.996 balita di Kabupaten Bogor yang tumbuh dengan gizi buruk atau stunting hingga akhir 2018 lalu. Angka ini cukup besar, meski penduduk Kabupaten Bogor berjumlah hampir 5,7 juta jiwa. Ade bertekad untuk menguranginya, salah satunya adalah dengan terus melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pola asuh dan pola makan anak.

“Gizi buruk harus diatasi dengan pendektan lintas sektoral. Bukan hanya oleh Pemerintah tetapi juga oleh Masyarakat. Peran organisasi masyarakat sangat penting. Kami mengapresiasi Aisiyah dan YAICI, yang melakukan edukasi kepada masyakarat di Kabupaten Bogor,” ujar Mike

Arif Hidayat Ketua YAICI menambahkan, pola makan anak dalam 1000 hari pertama sangat penting. Bila anak terbiasa dengan asupan yang tinggi gula maka anak akan cenderung menolak untuk diberikan makanan yang kurang manis. Salah satu asupan tinggi gula yang masih banyak diberikan oleh orang tua di pedesaan adalah kental manis, yang kerap dianggap oleh masyarakat sebagai susu bernutrisi. “Persepsi yang salah tentang kental manis, ditunjang oleh harga yang relatif murah dan tersedia hingga ke warung-warung dipelosok, membuat masyarakat masih terus memberikan kental manis yang diseduh air,” ujar Arif.

Arif yang melakukan survei kecil sebelum acara menemukan bahwa beberapa ibu rumah tangga yang memiliki balita dan anak-anak dibawah 10 tahun masih rutin memberikan kental manis kepada anaknya. Mereka umumnya tidak tahu bahwa kental manis bukanlah susu yang disajikan sebagai minuman anak. Warung di sekitar lokasi acara juga mengatakan permintaan pada umumnya masyarakat mencari SKM. “Karenanya edukasi bahwa kental manis adalah toping dan dapat membentuk adiksi pada anak perlu disosialisasikan”, tambahnya

Pada kesempatan ini Wakil Ketua Aisiyah Bidang Kesehatan, Dra. Noor Rochma Pratiknya mengatakan bonus demografi adalah sebuah tantangan yang perlu disikapi bersama. Dalam hal ini Aisyiyah telah berusaha bersama YAICI untuk membangun generasi emas Indonesia 2045 melalui kerjasama edukasi gizi berkesinambungan yang bertemakan bijak menggunakan Susu Kental Manis. “Mari kita bersama memperhatikan generasi kita dengan bijak menggunakan SKM yang dimulai dari peran Ibu”.

YAICI dan Aisyiyah juga berencana melakukan penelitian tentang gizi buruk, pola pangan anak dan persepsi tentang susu kental manis di kabupaten Bogor. Penelitian akan dilakukan di 14 puskesmas di 6 kecamatan, antara lain Leuwiliang, Jasinga, Parung, Cileungsi, Pamijahan, Cibungbulang. Penelitian yang sama telah dilakukan di 3 provinsi di Indonesia yaitu di Aceh, Kalimantan Tengah dan Sulut. Salah satu temuan menarik adalah konsumsi rutin kental manis pada beberapa anak dengan gizi buruk. Untuk itu diperlukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam tentang pola makan pada anak-anak dengan gizi buruk.

KEYWORD :

Gizi Buruk Kabupaten Bogor




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :