Sabtu, 27/04/2024 10:39 WIB

Miris! Orang Tua "Ketagihan" Jual Anak demi Sesuap Nasi

Bencana kekeringan yang melanda Afganistan, memaksa sejumlah keluarga menjual anak-anak mereka, memi memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

Ilustrasi dua balita (foto:google)

Herat – Bencana kekeringan yang melanda Afganistan, memaksa sejumlah keluarga menjual anak-anak mereka, demi memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

Di sebuah kamp pengungsi, perempuan bernama Mamareen mengaku telah kehilangan suaminya yang tewas dalam perang. Kini dia juga kehilangan rumahnya akibat kekeringan, dan salah satu putrinya, untuk memberi makan anak-anaknya yang lain.

Dilansir dari CNN pada Kamis (22/11), Mamareen terpaksa menjual putrinya, Akila seharga US$3.000 kepada seorang pria bernama Najmuddin.

"Saya meninggalkan desa saya bersama ketiga anak saya, karena kekeringan yang parah," kata Mamareen.

"Datang ke sini, saya berpikir saya akan menerima bantuan. Tapi saya tidak punya apa-apa. Agar anak-anak saya tidak kelaparan, saya menjual anak saya kepada seorang pria seharga US$3.000, namun hanya mendapat US$70 saat ini,” katanya lirih.

“Saya tidak punya uang, tidak ada makanan, dan tidak ada yang mencari nafkah, suami saya juga terbunuh dalam peperangan," tambahnya.

Kasus semacam ini bukan fenomena yang ganjil di Herat, kawasan terdampak kekeringan di Afganistan. Seorang pria yang menolak untuk menyebutkan namanya, juga mengaku telah menjual putrinya yang berusia empat tahun.

"Saya tidak punya pilihan lain, saya tidak punya uang dan tidak ada pekerjaan. Pria itu datang ke sini dan memberi saya dua pilihan baik, untuk membayar kembali uangnya, atau memberinya anak perempuan saya. Kemudian, saya memilih pilihan terakhir," ungkap pria tersebut.

Sementara seorang pembeli bernama Najmuddin mengatakan apa yang ia lakukan merupakan tindakan amal. Bahkan, menurutnya transaksi semacam ini bagian dari adat istiadat masyarakat, di mana para gadis diperdagangkan untuk maskawin.

Diketahui, banyak keluarga di sekitar kota barat Herat terpaksa keluar dari rumah mereka untuk mengungsi akibat kekeringan. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), jumlah eksodus karena kekeringan bahkan lebih besar tahun ini.

PBB memperkirakan lebih dari 275.000 orang mengungsi akibat kekeringan, 84.000 berdiam diri, sementara 182.000 lainnya di wilayah Badghis.

Kekeringan yang melanda Afganistan selama empat tahun menjatuhkan sektor pertanian. Menurut catatan, tanaman opium jatuh hingga sepertiga tahun ini, meskipun ada rekor produksi pada 2017.

KEYWORD :

Perdagangan Anak Afganistan Bencana Kekeringan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :