Sabtu, 20/04/2024 11:06 WIB

Prestasi Olahraga Mendongkrak Wibawa Bangsa

Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Asean, 8 Agustus, Perpustakaan MPR menggelar acara ‘Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat’ dengan mengupas buku yang berjudul ‘Indonesia, Asean, & Ketidakpastian Hubungan Internasional

Perpustakaan MPR menggelar acara ‘Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat’ dengan mengupas buku yang berjudul ‘Indonesia, Asean, & Ketidakpastian Hubungan Internasional’, Rabu 8/8/18

Jakarta - Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Asean, 8 Agustus, Perpustakaan MPR menggelar acara ‘Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat’ dengan mengupas buku yang berjudul ‘Indonesia, Asean, & Ketidakpastian Hubungan Internasional’. Acara yang digelar di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, 8 Agustus 2018, itu menghadirkan pembicara anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar Hetifah Sjaifudian, anggota Lemkaji Syamsul Bahry, Ketua Asean Study UI Edy Prasetyono, penulis buku Beginda Pakpahan, dan pengamat luar negeri Trias Kuncahyono.

Dalam acara yang bertema ‘Meningkatkan Wibawa Indonesia di Asean Melalui Soft Diplomasi Indonesia dan Penyelenggaraan Asian Games 2018’, Syamsul Bahry mengatakan dirinya dahulu berpikir kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kemajuan teknologi. Namun pikirannya saat ini berubah, kemajuan sebuah bangsa tak hanya ditentukan oleh kemajuan teknologi namun juga kemajuan seni dan olahraga. Untuk itu dirinya bersyukur Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games XVIII. “Dengan demikian menunjukan Indonesia adalah sebuah bangsa yang maju”, ujarnya. Bagi Syamsul Bahri, diplomasi antarbangsa sangat ditentukan oleh adanya komunikasi dan olahraga disebut sebagai salah satu media komunikasi dalam berdiplomasi.

Edy Prasetyono dalam kesempatan itu menyebut Indonesia adalah penopang dari keberadaan Asean. Diceritakan, terbentuknya Asean di awal Orde Baru merupakan salah satu bentuk soft diplomasi dari Presiden Soeharto. Soeharto menurutnya mengubah diplomasi Indonesia yang sebelumnya cenderung hard berubah menjadi soft. “Salah satu bentuk dari soft diplomasi adalah lewat olahraga”, ujarnya.

Olahraga diakui oleh Edy sangat penting sebab diakui ada 3 prestasi yang membuat sebuah bangsa menjadi berwibawa dan dihormati oleh bangsa lain. Ketiga hal itu adalah, menguasai ilmu pengetahuan teknologi, berprestasi dalam olahraga, dan mempunyai jiwa seni dan budaya yang tinggi. Lebih lanjut dikatakan, majunya sebuah bangsa juga bisa diukur dari perputaran ekonomi dan industri yang terkait dengan olahraga. Ia menyebut negara-negara yang mempunyai produksi alat olahraga seperti Yonex, Nike, Adidas, Nike, dan lain sebagainya, sebagai negara maju dalam ekonomi dan olahraga.

Dirinya bersyukur Indonesia bisa menjadi tuan rumah Asian Games. Hal demikian menunjukan Indonesia mempunyai reputasi. “Indonesia bisa menyelenggarakan Asian Games sebab dirasa aman, mempunyai manajemen yang terampil serta mempunyai infrastruktur olahraga yang bagus”, paparnya.

Hetifah sebelum memberi pendapat dalam acara itu, dirinya lebih dahulu memutar film dokumenter pelaksanaan Asian Games IV tahun 1962 yang diselenggarakan di Jakarta. Setelah film usai, dirinya mengharap sukses Asian Games IV bisa terulang di Asian Games XVIII. “Mudah-mudahan terulang kesuksesannya”, harapnya. Dalam Asian Games tahun 1962, Indonesia menempati peringkat kedua di bawah Jepang. Dirinya berharap dalam Asian Games yang diselenggarakan di Jakarta dan Palembang itu tak hanya sukses prestasi dan pelaksanaan namun juga sukses ekonomi dan administrasi. “Mudah-mudahan pelaksanaan Asian Games kali ini membawa pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kunjungan wisatawan”, harapnya.

Pelaksanaan Asian Games bagi Hetifah disebut salah satu pelaksanaan dari Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yakni ikut menjaga ketertiban dunia. “Jadi tujuannya jelas”, paparnya. Untuk itu dirinya berharap agar kegiatan ini didukung oleh seluruh rakyat Indonesia.

KEYWORD :

Warta MPR Asian Games




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :