Sabtu, 27/04/2024 11:29 WIB

Ini Pejabat Bakamla yang Terima Uang Suap

Adami juga memberikan uang sebesar Rp 1 miliar kepada Direktur Data dan Informasi Bakamla Laksamana Pertama Bambang Udoyo.

Kapal Bakamla

Jakarta - Terdakwa Hardy Stefanus dan Muhammad Adami Okta tak membantah pernah memberikan sejumlah uang kepada pejabat di Badan Keamanan Laut (Bakamla). Hal itu terungkap saat keduanya menjalani pemeriksaan sebagai terdakwa di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (28/4/2017).

Dalam keterangannya, Adami mengakui pernah memberikan uang 104.500 dollar Singapura kepada Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi Bakamla, Nofel Hasan. Pemberian itu, ungkap Adami, atas arahan dari Eko Susilo Hadi selaku pejabat Bakamla. Uang itu berasal dari Direktur Utama PT Merial Esa sekaligus suami artis Inneke Koesherawati, Fahmi Darmawansyah. "Waktu pertemuan itu saya bilang, Pak, kami mau sampaikan amanah dari Pak Eko untuk serahkan uang ke Bapak (Nofel)," ungkap Adami.

Selain Nofel Hasan, Adami juga mengaku pernah memberikan uang sebesar Rp 120 juta yang juga bersumber dari Fahmi Darmawansyah kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha Sestama Bakamla, Tri Nanda Wicaksono pada 1 Desember 2016. Pemberian uang itu, ungkap Adami, juga berawal atas pemrintaan Eko Susilo Hadi. Dimana, Adami saat itu diminta membantu Tri Nanda yang sedang kesulitan membayar utang.

"Jadi saya di-SMS oleh Eko Susilo Hadi, dia bilang minta tolong dibantu anak buahnya yang sedang dalam kesulitan terkait utang. Saya siapkan uang. Saya dapat dari Fahmi, seteleah itu Hardy minta Trindanda untuk ambil. Diserahkan di kantor saya. Jadi Trindanda datang di Imam Bonjol, Menteng, PT Merial Esa," terang dia.

Tak hanya itu, Adami juga memberikan uang sebesar Rp 1 miliar kepada Direktur Data dan Informasi Bakamla Laksamana Pertama Bambang Udoyo. Bambang saat itu merupakan pejabat pembuat komitmen (PPK) dalam pengadaan monitoring satelit di Bakamla. Pernyerahan uang dari Fahmi Darmawansyah kepada Bambang Udoyo, kata Adami, terjadi dua tahap. "Waktu itu ada dua kali penyerahan. 100.000 dan 5.000 dollar Singapura," ucap Adami.

Adami dan Hardy juga membenarkan pernah bersama-sama menyerahkan uang yang sumbernya dari Fahmi Darmawansyah kepada Eko Susilo Hadi. Pemberian uang dalam pecahan dollar Singapura senilai Rp 2 miliar dilakukan di ruang kerja Eko di Kantor Bakamla.

Menurut keduanya, pemberian uang tersebut terkait penunjukkan perusahaan sebagai pemenang tender pengadaan monitoring satelit. Dalam keterangannya, Adami mengakui besarnya andil Staf Ahli Kepala Badan Keamanan Laut (Kabakamla) Laksamana Madya Arie Soedewo, Ali Fahmi alias Fahmi Habsyi dalam proyek itu. Menurtnya, Fahmi Habsyi merupakan sosok yang mengatur proyek dan menentukan pemenang pengadaan satelit monitoring di Bakamla.

"Kalau dari yang saya rasakan, saya dan PT Merial Esa tidak pernah mempunyai pengalaman sama sekali di Bakamla, tapi dengan adanya pak Ali Fahmi, ini terbukti bisa dibukakan jalur ke semuanya," ujar dia.

Dikatakan Adami, pihaknya akan menghubungi Fahmi Habsyi jika pihaknya mengalami kendala atau kesulitan dalam mengikuti proses lelang pengadaan satelit dan hal-hal lainnya di Bakamla. Dan menurut Adami, persoalan itu akan "clear". Sebab, kata Adami, Fahmi Habsyi seolah telah "memegang" semuanya di Bakamla. Bahkan, Fahmi Habsyi juga lah yang mengatur besaran fee 15% kemudian menjadi 7,5% dari proyek pengadaan satelit monitrong senilai Rp 222,4 miliar.

"Ada kesulitan, saya tinggal bilang Hardy telepon Fahmi Habsyi selalu dibantu, selalu beres. Jadi terbukti sampai menang di proyek itu. Jadi memang terbukti sekali dan bisa dibilang sangat sentral, kita hanya pegang Ali Fahmi, semua beres. Ya karena Fahmi Habsyi sepertinya sudah memegang semuanya di Bakamla. Jadi hanya perlu perwakilan dari kita saja untuk menjalankan," tandas Adami.

KEYWORD :

Korupsi KPK Bakamla DPR




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :