Sebanyak 351 program studi (prodi) sarjana terapan atau vokasi tersedia dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun ini.
Program yang ditarget berlangsung selama 4,5 tahun ini terdiri dari enam semester di jenjang SMK, dan tiga semester di tingkat D2.
Sebab, sebagai bagian dari pendidikan vokasi, lulusan SMK dituntut siap untuk terjun di dunia usaha dunia industri dan dunia kerja (Iduka).
Link and match pendidikan vokasi dan industri tidak boleh berhenti pada penandatanganan kerja sama (MoU) belaka. Lebih dari itu, industri dituntut untuk menyerap lulusan SMK.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Wikan Sakarinto mengatakan, kurikulum baru tersebut nantinya lebih fleksibel dan adaptif, guna mendukung program link and match SMK dengan industri.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Wikan Sakarinto mengingatkan para pimpinan perguruan tinggi vokasi (PTV), agar tidak hanya berfokus pada kompetisi keterampilan teknis (hard skills) saja.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menekankan bahwa tujuan dari program penguatan pendidikan jenjang sarjana terapan (D-4) adalah memfasilitasi peserta didik
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Wikan Sakarinto menargetkan 900 SMK Pusat Keunggulan (PK) yang terpilih tahun ini, sebagai pendorong perubahan bagi SMK lainnya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) menandatangani 149 skema sertifikasi kompetensi bagi mahasiswa vokasi.
Pendanaan program-program ini bersumber dari dana abadi pendidikan yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)