Rabu, 24/04/2024 00:53 WIB

Mengintip Kurikulum Baru SMK yang Disiapkan Kemdikbud

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Wikan Sakarinto mengatakan, kurikulum baru tersebut nantinya lebih fleksibel dan adaptif, guna mendukung program link and match SMK dengan industri.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemdikbud Wikan Sakarinto (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sedang menyiapkan kurikulum baru untuk sekolah menengah kejuruan (SMK).

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Wikan Sakarinto mengatakan, kurikulum baru tersebut nantinya lebih fleksibel dan adaptif, guna mendukung program link and match SMK dengan industri.

Terdapat enam poin penting dalam kurikulum baru SMK ini. Pertama, mata pelajaran yang sebelumnya hanya bersifat akademis dan teoritis, akan berubah menjadi mata pelajaran terapan.

"Namanya tetap matematika, tapi matematika terapan. Begitu pula Bahasa Indonesia, kontennya bahasa Indonesia terapan," terang Wikan dalam sebuah wawancara khusus dengan Jurnas.com pada Senin (15/2).

"Kalau dulu matematika teori harus menemukan jawaban atas soal soal matematika, besok lebih terkonteks. Matematika yang lebih terkonteks dengan rumpun bidang yang dia pelajari," sambung Wikan.

Kedua, adanya program magang atau praktik kerja industri (prakerin) dengan durasi minimal satu semester. Wikan juga mempersilakan apabila ada SMK yang ingin membuka magang lebih dari satu semester.

"Kalau yang sekarang baru magang dua bulan atau tiga bulan sudah pergi. Industri itu jadi gemas. Makanya ini minimal enam bulan. Boleh lebih? Boleh. Bisa satu tahun," terang dia.

Ketiga, kurikulum baru SMK juga akan memunculkan mata pelajaran baru, yakni project-based learning. Yakni, mata pelajaran yang berisi ide kreatif dan kewirausahaan berbasis proyek riil dari industri. Rencananya, mapel ini dimasukkan dalam semester tiga, empat, dan lima.

Wikan menyontohkan, SMK yang sudah link and match dengan industri dapat meminta proyek riil. Selanjutnya siswa SMK dibagi berkelompok untuk berlomba menyelesaikan proyek tersebut.

"Project-based learning ini bisa multi mata pelajaran. Tidak hanya satu guru saja. Bisa ada guru product design, guru animasi, bahkan guru bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia mengamati mereka presentasi dan berkomunikasi dalam proyek itu," jelas Wikan.

Keempat adalah adanya mata pelajaran logika dan teknologi digital (digital technology). Diharapkan, dengan adanya mata pelajaran logika ini dapat mengasah kemampuan soft skill siswa.

Sementara pembelajaran teknologi digital akan mendorong siswa untuk memanfaatkan media sosial dengan baik, contohnya media promosi atau profiling. Atau menghasilkan program bermanfaat dari aplikasi TIK sederhana, seperti Microsoft Excel.

"Misalnya ada industri, siswa akan berpikir untuk mendapatkan proyek di sana dia harus bagaimana. Belajar apa. Nah mata pelajaran logika ini yang memperkuat soft skill," kata dia.

Kelima ialah mata pelajaran pilihan. Wikan menyebut siswa nantinya dipersilakan mengambil mata pelajaran yang mereka butuhkan di semester tiga, empat, dan lima.

"Misalnya anak permesinan ingin mendalami soal marketing, jadi di mengambil mata pelajaran itu. Atau anak ekonomi ingin memperdalam multimedia, dia bisa mengambil multimedia. Atau dia ingin kerja di Jepang dia bisa mengambil mata pelajaran bahasa Jepang," tutur Wikan.

Terakhir, adanya kegiatan co-kurikuler wajib enam jam seminggu. Kepala sekolah dan guru diberikan kebebasan untuk mengisi kegiatan ini dalam bentuk apapun, baik mendatangkan praktisi industri ke sekolah maupun pengabdian masyarakat.

"Atau ada jembatan rusak di dekat sekolah, siswa dari teknik sipil bisa turun langsung. Itu tergantung kreativitas kepala sekolah," tandas dia.

KEYWORD :

Kurikulum SMK Dirjen Diksi Wikan Sakarinto Vokasi Kemdikbud




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :