Kamis, 25/04/2024 19:02 WIB

Kemitraan Vokasi dan Industri Jangan Sekadar MoU

Link and match pendidikan vokasi dan industri tidak boleh berhenti pada penandatanganan kerja sama (MoU) belaka. Lebih dari itu, industri dituntut untuk menyerap lulusan SMK.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim dan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto (Foto: Muti/Jurnas.com)

Sorong, Jurnas.com - Link and match pendidikan vokasi dan industri tidak boleh berhenti pada penandatanganan kerja sama (MoU) belaka. Lebih dari itu, industri dituntut untuk menyerap lulusan SMK.

Demikian disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, saat melakukan kunjungan kerja di SMK Pelayaran Ampari, Sorong, Papua Barat pada Jumat (13/2) kemarin.

"Buat saya, MoU itu enggak ada artinya di SMK, saya hanya percaya itu kemitraan kalau ada rekrutmen. Pokoknya lulusan diserap atau tidak oleh industri. Kalau tidak, itu bukan kemitraan, itu filantropi namanya," kata Mendikbud.

Untuk memuluskan program link and match vokasi dan industri tersebut, Mendikbud mendorong adanya bimbingan dari perguruan tinggi. Menurut dia ini penting, karena SMK kerap kali kesulitan mencari mitra industri.

"Universitas, ketika dia membina beberapa SMK, akan lebih mudah menemukan kemitraan dengan industri karena sudah biasa," jelas Nadiem.

Dalam kesempatan tersebut, Mendikbud juga menekankan pentingnya asesmen nasional (AN) yang akan digelar tahun ini. Nadiem mengatakan, AN diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi para siswa SMK.

"Kenapa (pekerja) dari luar negeri terus menang, itu karena kemampuan berbicaranya lebih lugas, kemampuan problem solving dan numerasinya memikirkan secara abstrak dan konsep. Bisa dibilang di beberapa kategori sangat penting untuk SMK," ujar dia.

Sementara itu Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemdikbud, Wikan Sakarinto menegaskan bahwa lulusan SMK dituntut tidak hanya mengusai hard skill atau keahlian yang bersifat teknis, namun juga soft skill seperti kedisiplinan, sikap, dan karakter.

Karena itu, dia nanti akan meminta Politeknik Maritim Semarang (Polimarin), untuk menjadi kakak pendamping bagi SMK Pelayaran Ampari, untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Wikan berharap, para lulusan SMK Pelayaran Ampari bisa bersaing di dunia usaha, dunia industri, dunia kerja (Iduka).

"Karakter, kedisiplinan, sikap itu diciptakan dalam enam semester pembelajaran. Bisa saja dari enam semester itu, tiga semester belajar sambil magang," kata Wikan.

"Kurikulum itu kuncinya, resepnya di sana. Kalau kurikulum itu ketemu resepnya, masalah itu kita tinjau bersama. Industrinya butuh apa," sambung Wikan.

KEYWORD :

Link and Match Vokasi dan Industri Mendikbud Nadiem Anwar Makarim Wikan Sakarinto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :