Jum'at, 26/04/2024 14:34 WIB

Catat, Kebijakan Vaksin Berbayar Tambah Beban Masyarakat dan Rentan Dimanipulasi!

Kalangan dewan menolak rencana Pemerintah menyediakan layanan vaksin berbayar. Pemerintah seharusnya memberikan layanan gratis kepada semua masyarakat dalam kondisi darurat seperti ini, bukan malah menambah beban masyarakat. 

Wakil Ketua Fraksi PKS, Mulyanto. (Foto: Parlementaria)

Jakarta, Jurnas.com - Kalangan dewan menolak rencana Pemerintah menyediakan layanan vaksin berbayar. Pemerintah seharusnya memberikan layanan gratis kepada semua masyarakat dalam kondisi darurat seperti ini, bukan malah menambah beban masyarakat. 

"Karena secara prinsip vaksinasi adalah tanggung-jawab pemerintah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Pemerintah tidak boleh lepas dari tanggung-jawab tersebut,” tegas Wakil Ketua Fraksi PKS, Mulyanto dalam pesan singkat yang dikirimkan ke Jurnas.com, Senin (12/7).

Mulyanto menegaskan, jangan sampai masyarakat yang tidak mampu terpaksa harus membeli vaksin mandiri ini.  

“Bansos yang Rp 300 ribu/bulan/keluarga tidak sebanding dengan harga vaksin Sinopharm yang lebih dari  Rp 300 ribu/dosis, apalagi kalau harus disuntik dua kali untuk dosis lengkap," tegasnya.

Mulyanto khawatir setelah program vaksin berbayar ini dilaksanakan, kuota vaksin gratis bukannya ditingkatkan, tetapi perlahan-lahan berkurang. Padahal target sebaran vaksinasi sudah ditetapkan dan anggarannya sudah disiapkan. 

“Kebijakan ini rentan dimanipulasi pihak yang mencari keuntungan, dengan mengalihkan vaksin gratis menjadi vaksin berbayar. Akibatnya, vaksin gratis menjadi langka,” tekannya.  

Oleh karena itu, daripada Pemerintah repot memikirkan sistem pengawasan distribusi vaksin gratis secara ketat, lebih baik kebijakan dualisme vaksin ini dibatalkan. 

"Walaupun jenis vaksin antara program mandatori dan program mandiri berbeda, namun dalam prakteknya masyarakat tidak bisa melihat dan membedakan kedua jenis vaksin tersebut,” terang Mulyanto.

Modus tersebut sangat mungkin dan kerap terjadi untuk komoditas lain, khususnya barang subsidi, seperti gas melon 3 kilogram, pupuk subsidi, atau solar, dimana komoditas subsidi dialihkan menjadi komoditas komersial

“Ujung-ujungnya, karena vaksin gratis menjadi langka, maka rakyat  terpaksa mengikuti vaksin berbayar. Ini kan bahaya. Akan merugikan rakyat," tegas Mulyanto yang anggota Komisi VII DPR RI ini. 

 

KEYWORD :

Warta DPR Komisi VII DPR PKS Mulyanto Vaksin Berbayar




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :