Sabtu, 27/04/2024 08:53 WIB

Gus Abbas Geram, Kemendikbud Nistakan Peran KH. Hasyim Asyari

Ahmad Zainuddin Abbas (Gus Abbas), Ulama Muda asal Banyumas, Jawa Tengah.

Jakarta, Jurnas.com – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dinilai telah melakukan penistaan terhadap peran Nahdhatul Ulama (NU) dan KH. Hasyim Asyari dalam sejarah bangsa, lantaran tidak mencantumkannya di Kamus Sejarah Indonesia Jilid I (Nation Formation) dan Jilid II (Nation Building).

Ulama Muda asal Banyumas, Jawa Tengah, Ahmad Zainuddin Abbas (Gus Abbas) menegaskan, Hadratus Syekh Hasyim Asyari merupakan tokoh yang sangat berperan dan paling berpengaruh dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

"Gerakan-gerakan perlawanan terhadap penjajah banyak bermula dari pesantren yang beliau (Hadratus Syekh Hasyim Asyari) dirikan," ujar Gus Abbas, Kamis (22/4/2021).

Gus Abbas menilai sosok Hadratus Syekh Hasyim Asyari merupakan tokoh yang bisa menyatukan dan memantik semangat para ulama dan masyarakat.

Ulama dan masyarakat dari berbagai pelosok langsung terpanggil untuk ikut berjuang dalam perang suci membela tanah air usai Hadratus Syekh Hasyim Asyari mengumandangkan Fatwa Jihad “Resolusi Jihad” tanggal 22 Oktober 1945.

"Resolusi Jihad yang dikobarkan Hadratus Syekh Hasyim Asyari dipandang sebagai legitimasi bagi pemerintah sekaligus kritik terhadap sikap politik yang pasif dengan agresi militer Sekutu," jelas Gus Abbas.

Gus Abbas memastikan bahwa Hadratus Syekh Hasyim Asyari merupakan salah satu tokoh  yang sangat berperan dalam sejarah Indonesia, sejak sebelum merdeka hingga saat mempertahankan kemerdekaan. Beliau tokoh yang sangat berpengaruh dan disegani dibanyak bidang, mulai dari bidang keagamaan, pendidikan, perjuangan.

"Tentu sangat kecewa, ketika tokoh yang jadi panutan kita dihilangkan perannya. Materinya seperti ingin mengaburkan sejarah. Saya menilai naskah buku itu tak layak dijadikan rujukan para pelajar dan pendidik,” sambung Gus Abbas.

Pada kesempatan ini, Gus Abbas juga meminta Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Hilmar Farid untuk bertanggung jawab mengkoreksi dan merevisi serta meminta maaf atas kealpaan baik yang disengaja atau tidak terkait dengan penghilangan jejak sejarah tersebut.

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Jika ingin Negara kuat, maka jangan pernah mengaburkan atau menghilangkan sejarah, apalagi menghancurkan sejarah,” ujar dia.
Jakarta, Jurnas.com – Ulama Muda asal Banyumas, Jawa Tengah, Ahmad Zainuddin Abbas (Gus Abbas) mengaku sangat geram terkait beredarnya softcopy Kamus Sejarah Indonesia Jilid I (Nation Formation) dan Jilid II (Nation Building).

Pasalnya, peran Nahdhatul Ulama (NU) dan Pendirinya, Hadratus Syekh Hasyim Asyari tidak dicantumkan dalam Kamus Sejarah Indonesia yang diolah Dirjen Kebudayaan Kemendikbud.

Padahal, lanjut Gus Abbas, Hadratus Syekh Hasyim Asyari merupakan tokoh yang sangat berperan dan paling berpengaruh dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Gerakan-gerakan perlawanan melawan penjajah banyak bermula dari pesantren yang ia dirikan.

Selain itu, lanjut Gus Abbas, Hadratus Syekh Hasyim Asyari juga merupakan tokoh yang bisa menyatukan dan memantik semangat para ulama dan masyarakat.

Ulama dan masyarakat dari berbagai pelosok langsung terpanggil untuk ikut berjuang dalam perang suci membela tanah air usai Hadratus Syekh Hasyim Asyari mengumandangkan Fatwa Jihad “Resolusi Jihad” tanggal 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad oleh masyarakat dipandang sebagai legitimasi bagi pemerintah sekaligus kritik terhadap sikap politik yang pasif dengan agresi militer Sekutu. 

“Beliau (Hadratus Syekh Hasyim Asyari) salah satu tokoh  yang sangat berperan dalam sejarah Indonesia, sejak sebelum merdeka hingga saat mempertahankan kemerdekaan. Beliau tokoh yang sangat berpengaruh dan disegani dibanyak bidang, mulai dari bidang keagamaan, pendidikan, perjuangan,” kata Gus Abbas kepada wartawan, Kamis (22/04/2021).

"Tentu sangat kecewa, ketika tokoh yang jadi panutan kita dihilangkan perannya. Materinya seperti ingin mengaburkan sejarah. Saya menilai naskah buku itu tak layak dijadikan rujukan para pelajar dan pendidik,” Sambung Gus Abbas.

Pada kesempatan ini, Gus Abbas juga meminta Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Hilmar Farid untuk bertanggung jawab mengkoreksi dan merevisi serta meminta maaf atas kealpaan baik yang disengaja atau tidak terkait dengan penghilangan jejak sejarah tersebut.

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Jika ingin Negara kuat, maka jangan pernah mengaburkan atau menghilangkan sejarah, apalagi menghancurkan sejarah,” ujar dia.

KEYWORD :

Gus Abbas Hadratus Syekh Hasyim Asyari NU Kemendikbud




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :