Jum'at, 26/04/2024 21:22 WIB

PTM Terbatas Jalan Keluar Selamatkan Kesehatan Mental Anak

Keterbatasan akses internet, gawai, dan proses pembelajaran yang biasanya berlangsung luring menjadi beban bagi siswa. Belum lagi, banyak orang tua yang sulit menggantikan peran guru bagi anaknya di rumah.

Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal (Foto Muti/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Angin segar bagi peserta didik datang dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), pasca diterbitkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri yang berisi panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.

SKB Empat Menteri tersebut diteken oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Menteri Kesehatan (Menkes), dan Menteri Agama (Menag).

Mendikbud Nadiem Anwar Makarim menjelaskan bahwa prinsip yang menjadi pertimbangan utama dalam penyelenggaraan pendidikan selama pandemi Covid-19 adalah kesehatan dan keselamatan serta tumbuh kembang dan hak anak.

"Salah satu tantangan terbesar adalah murid tidak bisa ke sekolah untuk berinteraksi dengan teman-teman sebayanya dan guru mereka. Manfaat pembelajaran tatap muka pada kenyataannya memang sulit untuk digantikan dengan pembelajaran jarak jauh," terang Nadiem dalam taklimat media pada 30 Maret 2021 lalu.

Apalagi, lanjut Mendikbud, Indonesia merupakan satu dari empat negara di kawasan timur Asia dan Pasifik yang belum melakukan pembelajaran tatap muka secara penuh. Sementara 23 negara lainnya sudah.

UNICEF menyebut bahwa anak-anak yang tidak dapat mengakses sekolah secara langsung semakin tertinggal dan dampak terbesar dirasakan oleh anak-anak yang paling termarjinalisasi.

"85 persen negara di Asia Timur dan Pasifik telah melakukan pembelajaran tatap muka secara penuh. Berdasarkan kajian UNICEF, pemimpin dunia diimbau agar berupaya semaksimal mungkin agar sekolah tetap buka atau memprioritaskan agar sekolah yang masih tutup dapat dibuka kembali," ungkap Mendikbud.

Pengamat pendidikan dari Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal menilai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas sebagai solusi menyelamatkan kesehatan mental peserta didik.

Keterbatasan akses internet, gawai, dan proses pembelajaran yang biasanya berlangsung luring menjadi beban bagi siswa. Belum lagi, banyak orang tua yang sulit menggantikan peran guru bagi anaknya di rumah.

Kenyataan ini diperkuat dengan survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang menemukan bahwa 76,7 persen siswa tidak senang melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sementara itu 79,9 persen stres akibat pembelajaran tanpa interaksi karena orientasi guru tetap pada materi, internet terkendala, strategi pengajaran minim membuat guru hanya memberi tugas tanpa kejelasan.

"Akibatnya anak kebinggungan, lelah, mental terganggung dan dispatitas pendidikan semakin menganga, khususnya orang-orang dari kelompok miskin," terang Nur Rizal dalam Diskusi Fortadikbud beberapa waktu lalu melalui konferensi video.

"Yang paling besar saya lihat, dampak krisis kesehatan mental anak-anak kita. Diprediksi anak-anak kita miskin pengalaman belajar, yang berakibat tidak mampu membaca dan memahami teks terutama bagi kelompok miskin sumber daya digital," imbuh dia.

Dampak krisis mental ini, lanjut Nur Rizal, harus menjadi titik pangkal bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sebagai landasan kebijakan selanjutnya.

Dia juga mendorong pendidik segera melakukan asesmen awal setelah PTM terbatas dilaksanakan di satuan pendidikan, untuk memetakan pemahaman materi para siswa pasca satu tahun melakoni PJJ.

"Kalau PTM dilakukan, segera lakukan asesmen awal. Karena pembelajaran di rumah berbeda-beda. Kalau ada yang rendah, menengah, tinggi, dikelompokkan bukan dipisah kelasnya. Agar gurunya bisa melakukan pendekatan diferensiasi. Agar anak dengan kemampuan tinggi bisa menjadi mentor bagi anak-anak lainnya," ujar Nur Rizal.

Nur Rizal menambahkan, pasca PTM terbatas diterapkan, guru harus mulai mengakomodasi pembelajaran campuran (hybrid learning), yakni memadukan pembelajaran daring dan luring. Fleksibilitas ini diyakini dapat meningkatkan kompetensi peserta didik.

"Pembelajaran online (daring) bisa jadi saran guru memberikan tugas membaca tema, yang akan didiskusikan ketika bertemu. Jadi berdiskusi terhadap tugas-tugasnya. Kalau seperti ini anak-anak kita tidak menjadi tergantung entah mau PTM atau PJJ," tutup dia.

KEYWORD :

Pembelajaran Tatap Muka SKB Empat Menteri Mendikbud Nadiem Anwar Makarim Muhammad Nur Rizal




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :