Senin, 06/05/2024 05:47 WIB

Kementan: Pengembangan Lahan Pertanian di Lahan Gambut Harus Hati-hati

Gambut harusnya tidak hanya dilihat sebagai aset lingkungan tapi juga sebagai aset ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo bersama Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi. (Foto: Jurnas via BPPSDMP))

Jakarta, Jurnas.com - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, lahan rawa yang tersebar Indonesia sebagian besar mempunyai pontensi untuk pengembangan komoditas pertanian.

Hal itu disampaikan saat Webinar HGI Series #2 Praktek Pengelolaan Gambut secara Berkelanjutan untuk Pengembangan Ekonomi, Lingkungan, dan Masyarakat, Jakarta, Kamis (11/2).

"Lahan rawa Indonesia luas, sebagian besar potensi untuk lahan pertanian, namun harus hati-hati harus dicari komoditas yang cocok untuk di lahan rawa," ujar Mentan Syahrul.

Meski begitu, mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu tidak telalu merekomendasikan lahan gambut untuk pengembangan pertanian. “Sedapat mungkin dihindari lahan gambut untuk pertanian,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, lahan gambut sebetulnya sudah lama dimanfaatkan masyarakat di daerah rawa, salah satunya masyarakat Dayak dan Banjar.

“Kuncinya pengelolaan pertanian di lahan gambut harus hati-hati jangan sampai terlalu banyak di-drainase, jangan over drain karena akan merusak komposisi gas rumah kaca,” ujar Dedi pada acara yang sama.

Lebih lanjut Dedi menegaskan lahan gambut yang dangkal sebetulnya menguntungkan pertanian. “Jarang yang memanfaatkan gambut yang dangkal. Bila ini dimanfaatkan dengan baik akan menguntungkan pertanian kita, Bahkan produktivitas yg dihasilkan bisa mendekati produktivitas sawah di daerah Jawa,” sambungnya.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Alue Dohong menegaskan, pengelolaan gambut tidak cukup hanya dilakukan secara berkelanjutan, namun juga perlu dilakukan secara bertanggung jawab dan bijaksana.

Menurut dia, gambut harusnya tidak hanya dilihat sebagai aset lingkungan tapi juga sebagai aset ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara.

"Ketiganya harus seiring dan sejalan dalam mengelola, memnafaatkan dan melindungi ekosistem gambut. Jadi ada keseimbangan antara ekonomi, lingkungan dan sosial. Tidak boleh hanya memperhatikan dan memberikan penekanan pada satu aspek saja," jelas dia.

Alue Dohong menambahkan, tantangan pengelolaan gambut tropis sangat dinamis. Tidak hanya terkait dengan tantangan dalam hal restorasi dan konservasi keanekaragaman hayati, tetapi juga dalam meningkatkan sejahteraan masyakrakat, produktivitas lahan, kepastian hutan, tata kelola ksumber daya air dan tantangan lainnya menuju pemanfaatan yang bisajaksana dan berkelanjutan.

"Kita perlu tahu bahwa gambut ini adalah ekosistemnya sangat unik, namun juga sangat rentan dan sensitif terhadap gangguan dan degradasi. Sehingga kita perlu mengelolanya dengan prinsip kehati hatian dan menerapkan tiga prinsip di atas," ujar dia.

KEYWORD :

Lahan Gambut Syahrul Yasin Limpo Dedi Nursyamsi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :