Kamis, 02/05/2024 20:51 WIB

Berkat Sekolah Lapang, Panen Petani NTT Melonjak Drastis

Penyuluh Pertanian Kabupaten Manggarai Timur, Dominggus Malung mengatakan, pelaksanaan SL dilakukan melalui kegiatan Demfarm (Demonstrations Farm).

Petani di Iran sedang menanam padi di sawah. (Foto: IRNA)

JAKARTA, Jurnas.com - Sektor pertanian di Nusa Tenggara Timur terus meningkat dalam satu dekade terakhir berkat Sekolah Lapangan (SL), Integrated Participatory Development and Management Irrigation Program (IPDMIP) yang dijalankan Kementerian Pertanian (Kementan)

Penyuluh Pertanian Kabupaten Manggarai Timur, Dominggus Malung mengatakan, pelaksanaan SL dilakukan melalui kegiatan Demfarm (Demonstrations Farm).

Dermfarm merupakan upaya pemberdayaan petani melalui penerapan langsung di lapangan. Kegiatannya dilaksanakan di Desa Sita Kecamatan Rana Mese dan Kelurahan Watunggene Kecamatan Kota Komba.

Dominggus menjelaskan, pelaksanaan Dermafarm sudah berjalan termasuk kegiatan penanamannya, yang diselenggarakan sejak beberapa pekan lalu. Dia bersyukur bahwa para petani sangat antusias dan mampu menyerap materi secara optimal.

"Karena sebelumnya mereka sudah mendapat pemahaman melalui kegiatan lain. Khususnya terkait bagaimana peningkatan produksi dan produktivitas tanaman padi," lanjut Dominggus.

Saat ini, kata Dominggus tingkat produktivitas petani naik signifikan selepas program IPDMIP. "Awal-awal hanya 3,8 ton per hektar sampai 4,5 ton perhektar, sekarang produktifitas padi sawah sudah mencapai 5,2 ton per hektar sampai 6,5 bahkan dapat mencapai 8 ton atau 9 ton per hektarnya," jelasnya.

Ia pun berharap pelaksana Program IPDMIP ini tetap berlanjut pada tahun-tahun mendatang.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Nursyamsi mengatakan, IPDMIP harus berperan mendorong proses transformasi dari sistem pertanian tradisional menjadi modern.

 

"IPDMIP harus berperan mendorong proses transformasi dari sistem pertanian tradisional menjadi modern. Untuk itu, SDM-nya harus digarap lebih dahulu. Mereka adalah petani, penyuluh, petani milenial melalui pelatihan," kata Dedi.

Sistem pertanian tradisional, katanya, dicirikan oleh produktivitas yang rendah, penggunaan varietas lokal, dikerjakan secara manual atau dengan bantuan tenaga ternak. Sistem pertanian ini belum memanfaatkan mekanisasi pertanian serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

"Pertanian modern dicirikan masifnya varietas berdaya hasil tinggi, menerapkan mekanisasi dan pemanfaatan teknologi era industri 4.0," kata Dedi Nursyamsi yang hadir didampingi Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan) Leli Nuryati selaku Direktur National Project Implementation Unit (NPIU) IPDMIP.

Dedi juga mengingatkan agar  IPDMIP harus melaksanakan kegiatan-kegiatan yang memberikan dampak output dan outcome signifikan di lahan-lahan pertanian beririgasi.

"IPDMIP dapat berperan melalui kegiatan Training of Trainer (TOT), Training of Facilitator (TOF), Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi Komando Strategis Pembangunan Pertanian (KostraTani) di tingkat provinsi (Kostrawil) dan kabupaten (Kostrada)," jelas dia.

Dedi mengharapkan NPIU dari IPDMIP dalam bekerja mencontoh tim sepak bola yang mengutamakan kerjasama tim, kemampuan individu sehingga dapat menerjemahkan dan melaksanakan arahan pimpinan. "Tim NPIU juga harus melakukan akselerasi semua kegiatan melalui proses yang cepat, sistematis dan taktis," ujarnya.

KEYWORD :

IPDMIP Sekolah Lapang Dedi Nursyamsi Petani NTT




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :