Jum'at, 03/05/2024 01:27 WIB

Antisipasi Krisis Pangan, Penyuluh dan Petani Bombana Lakukan Percepatan Tanam

Kementerian Pertanian Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Menteri Pertanian No. 03/SE/KN.230/M/25/05/2020 Tentang Antisipasi Terjadinya Krisis Pangan

Seorang petani sedang menjahit karung gabah. (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnascom- Indonesia bukan hanya dihadapkan pada masalah pandemi Covid-19. Masalah lain yang akan muncul berdasarkan prediksi dari FAO adalah potensi terjadinya krisis pangan akibat pandemi covid-19 dan kemarau. Tentunya kondisi ini akan berpengaruh bagi sektor pertanian. Terutama masalah ketersediaan pangan. Mengantisipasinya, Penyuluh dan Petani di Bombana gerak cepat melakukan percepatan tanam.

Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Menteri Pertanian No. 03/SE/KN.230/M/25/05/2020 Tentang Antisipasi Terjadinya Krisis Pangan yang muncul akibat Pandemi Covid-19 dan Kekeringan yang akan terjadi pada tahun 2020.

Melalui surat tersebut Mentan menginstruksikan kepada seluruh Penanggungjawab Tim Suvervisi dan Pendampingan Pelaksanaan Program dan Kegiatan Utama Kementerian Pertanian, untuk melakukan koordinasi dengan Para Gubernur dan Bupati/Walikota.

Tujuannya, untuk melakukan pemantauan dan memastikan kesiapan percepatan tanam Musim Tanam II (MT-II) tahun 2020. Khususnya, dari segi pengolahan lahan untuk pertanaman, penyiapan benih dan pupuk serta sarana produksi lainnya, pembiayaan pertanian melalui KUR, dan operasionalisasi alat dan mesin pertanian.

Tim juga harus memastikan kesiapan cadangan beras pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, memantau dan memastikan agar para Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) mengkoordinasikan cadangan beras di tingkat Desa dan Masyarakat dengan memfungsikan Kostratani; dan mensosialisasikan gerakan diversifikasi pangan lokal dengan slogan ”Indah, Bahagia dengan Makanan Lokal”.

Untuk mengantisipasi krisis pangan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam beberapa kesempatan meminta agar penyuluh dan petani harus tetap bekerja meskipun dalam suasana Pandemi Covid-19.

"Kita saat ini sedang berada dalam kondisi Covid-19 yang mengakibatkan hampir semua sektor kehidupan bermasalah, termasuk sektor ekonomi. Tapi ada satu sektor yang memiliki efek yang besar jika bermasalah, yaitu jika kebutuhan pangan 267 juta jiwa tidak terpenuhi, maka ini efeknya akan panjang. Oleh karenanya, saya meminta kepada petani untuk tetap bekerja memproduksi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, dan kepada para penyuluh agar tetap mendampingi petani sehingga bisa diperoleh hasil produksi yang maksimal," ungkap Mentan SYL.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, juga mengingatkan bahwa Ketahanan pangan menjadi kunci untuk menghadapi pandemi Covid-19. Karenanya, dibutuhkan percepatan tanam agar kebutuhan pangan terus terpenuhi, termasuk pasca Covid-19 nanti. Untuk itu dibutuhkan penyuluh yang berkualitas agar proses ini tetap berjalan.

“Dalam masa seperti ini, pertanian tidak boleh berhenti. Pertanian tidak boleh bermasalah. Petani dan penyuluh harus terus turun ke lapangan. Namun tetap mematuhi protokol pencegahan Covid-19 seperti selalu cuci tangan pakai sabun, jaga jarak, dan pakai masker. Kenapa pertanian tidak boleh berhenti, karena sektor pertanian berkewajiban menyediakan bahan pangan,” tutur Dedi.

Sesuai instruksi Kementan, penyuluh pertanian yang bertugas di Desa Watu-watu, Kecamatan Lantari Jaya, Kabupaten Bombana, Salmon, yang tetap aktif turun ke lapangan. Ia mendampingi dan mengawal kegiatan pertanian di wilayah binaannya.

”Arahan Pak Mentan dan Kepala BPPSDMP adalah penyemangat bagi kami penyuluh pertanian dan petani untuk terus aktif bergerak mengawal ketersediaan pangan masyarakat,” tutur Salmon saat mendampingi petani melakukan panen padi.

Dijelaskannya, panen ini dilakukan pada lahan cetak sawah baru, yang merupakan milik salah satu anggota Kelompok Tani (Poktan) Molori Jaya. “Varietas yang dipanen adalah tabe-tabe, merupakan varietas padi lokal yang ada di Bombana. Dari hasil ubinan, yang kami lakukan diperoleh produktivitas 4 ton per hektare,” jelasnya.

Salmon menambahkan kegiatan panen ini menggunakan mesin Combine Harvester, sehingga waktu panen lebih singkat dan dapat meminimalkan tingkat kehilangan hasil serta tidak mengumpulkan banyak orang di lahan.

“Umumnya kegiatan panen di kabupaten Bombana sudah menggunakan mesin Combine Harvester. Petani sudah merasakan manfaatnya dari mesin ini. Semoga dengan panennya petani, maka ketersediaan pangan khususnya di Kabupaten Bombana dapat terpenuhi,” kata Salmon.

Sementara Herman, petani dari Poktan Molori Jaya mengatakan sangat terbantu dengan adanya alat mesin panen ini. “Waktu panen tidak lama, cepat selesai, dan gabah langsung masuk ke dalam karung,”ujar Herman.

KEYWORD :

Krisis Pangan Penyuluh Petani Petani Bombana Dedi Nursyamsi Percepatan Tanam




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :