Kamis, 16/05/2024 08:14 WIB

Ketum APTI: Pola Kemitraan Mesti Untungkan Petani Tembakau

Produksi nasioanal baru bisa memenuhi setengah dari kebutuhan industri setiap tahunnya.

Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Soeseno usai menghadiri Desiminasi Hasil Kajian Kemitraan dalam Pertanian Tembakau di Jakarta Selatan, Jumat 17 Januari 2020 (Foto: Supi)

Jakarta, Jurnas.com - Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), memiliki kriteria khusus yang mesti dipenuhi dalam sistem kemitraan antara petani tembakau dan industri.

Kepada jurnas.com, Ketua Umum APTI, Soesono menjelaskan bahwa idealnya sebuah kemitraan mesti memberikan keuntungan kepada petani.

Soesono menekankan, kemitraan yang ideal memang memiliki racikan masing-masing di setiap sentra tembakau. Sebab, beda suplayer beda skema pula.

"Misalnya ada suplayer yang minta perkoordinator 5 lima hektare, ada juga suplayer yang minta perkoordinator 7-10 hektare. Belum lagi penentuan harga dan kualitas itu beda sekali," jelasnya.

Sementara itu, Soeseno tak menampik bahwa solusi agar petani mampu meningkatakan kuantitas dan kualitas tembakaunya adalah melalui kemitraan.

Sebaliknya, ia tak sepakat dengan regulasi pemerintah yang membatasi impor temabakau. Faktanya, produksi nasioanal baru bisa memenuhi setengah dari kebutuhan industri setiap tahunnya.

Soeseno mencatat, luas lahan tembakau saat ini sekitar 200 ribu hektare dengan produksi sekitar 160-180 ribu ton. Sementra kebutuhan industri setiap tahunnya sekitar 320 ribu ton.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Danang Girindrawardana juga mengatakan, bentuk ideak kemitraan mesti memberikan manfaat masing-masing pihak.

"Idealnya adalah terdapat sistem bargaining yang win win. Yang memberikan benefit pada masing-masing pikak," kata Danang.

KEYWORD :

Tembakau Indonesia Impor Tembakau Pengusaha Indonesia Danang Girindrawardana




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :