Sabtu, 27/04/2024 03:19 WIB

B100 Siap Lawan Kampanye Hitam Uni Eropa

Menteri Amran percaya diri mengatakan bahwa B100 merupakan energi baru terbarukan yang dapat menjadi solusi terbaik bukan hanya untuk masa depan Indonesia, tatapi juga dunia.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengecek langsung B100 hasil penelitian pertanian di Litbang Sukabumi, Kamis 21 Februari 2019 (Foto: Supi/Jurnas)

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) tidak begitu khwatir terkait kebijakan diskriminasi Uni Eropa melalui penerbitan delegated act yang merupakan turunan dari renewable energy directive II (RED II) terkai sawit Indonesia.

"Hari ini kita sudah melauching B100 murni dari kelapa sawit. Jadi, Uni Eropa nggak usah kampanye hitam karena kita akan menggunakan produk sendiri dalam negeri," ujar Amran kepada Jurnas.com di sela soft lauching uji coba perdana B100 di lingkungan Kementan, Senin (15/4).

Ditengah getolnya Uni Eropa memprotes Crude Palm Oil (CPO) yang disebutnya tidak ramah lingkungan, peneliti dalam negeri menemukan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan, yaitu B100.

Menteri Amran percaya diri mengatakan bahwa B100 merupakan energi baru terbarukan yang dapat menjadi solusi terbaik bukan hanya untuk masa depan Indonesia, tatapi juga dunia.

"Ini jawaban tepat melawan protes dari uni Eropa. Ini adalah solusi terbaik dan ini adalah energi baru terbarukan solusi terbaik untuk masa depan Indonesia bahkan dunia. Ini solusi untuk dunia," tegas Amran.

Hingga saat ini, pemerintah masih mengimpor solar sebanyak 16 juta ton per tahun dengan nilai kurang lebih150 triliun. Dengan B100, kata Amran, pemerintah mampu menghemat devisa negara.

"Pemberlakuan B20 dalam beberapa bulan terakhir sudah mampu membuat negara menghemat hingga belasan triliun rupiah, karena impor solar berkurang," jelas Amran.

Indonesia merupakan produsen terbesar minyak kelapa sawit dunia dengan produksi mencapai 46 juta ton pada 2019. Dari jumlah tersebut setidaknya 34 juta ton dari total produksi dapat dijadikan sebagai komoditas ekspor.

Menurut Amran, jika semua produksi 46 juta ton itu diolah dalam negeri, maka pemerintah sudah mampu menutup keran impor solar alias menghemat devisa negara sebanyak Rp150 triliun.   

"Selanjutnya bisa saja nanti sampai 16 juta ton semuanya kita substitusi menjadi solar, yaitu B100. Tapi kita lihat saja nanti," tegas Amran.

 

KEYWORD :

B100 Energi Baru Terbarukan Bahan Bakar Nabati




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :