Selasa, 14/05/2024 10:36 WIB

Ketua DPR Sebut Hoaks dan Ujaran Kebencian Sebagai Teror Demokrasi

Bambang Soesatyo menilai Hoaks sama dengan teror demokrasi. Ia khawatir produksi hoaks makin massif mendekati hari pencoblosan.

Ketua DPR Bambang Soesatyo

Jakarta, Jurnas.com - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menyebut berita bohong (hoaks) dan ujaran kebencian (hate speech) adalah bentuk dari teror dan menjadi ancaman serius bagi demokrasi di Indonesia.

Bamsoet mengaku khawatir, produksi hoaks semakin massif dan agresif mendekati pelaksanaan pencoblosan Pemilu 17 April yang hanya tinggal 20 hari lagi.

"Berita bohong dan ujaran kebencian adalah teror bagi demokrasi. Tidak hanya di Indonesia, berbagai negara juga sedang menghadapi hal serupa," ujar Bamsoet saat menjadi Keynote Speaker `Melawan Hoax untuk Menciptakan Suasana Pemilu 2019 yang Aman, Damai dan Sejuk di Media Sosial`, di Jakarta, Kamis (28/03/19).

Agar bisa keluar dari serangan berita bohong dan ujaran kebencian, Bamsoet mengajak bangsa Indonesia untuk meningkatkan literasi digital.

"Jangan mudah mempercayai sebuah informasi yang diterima, apalagi yang dibumbui dengan kata-kata bombastis yang disajikan tanpa fakta dan data," ujar Bamsoet.

Turut hadir menjadi pembicara antara lain Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Komisioner KPU Wahyu Setiawan, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal, Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Prof. Mahfud MD dan Pakar Ilmu Komunikasi Effendi Ghazali. 

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menjelaskan, berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2017 saja, penggunaan internet di Indonesia sudah mencapai 50 persen dari jumlah penduduk di Indonesia, atau tepatnya berjumlah 143,26 juta jiwa.

Tidak heran jika hasil Survei Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) tahun 2017 menyebutkan bahwa 92,40 persen saluran penyebaran berita bohong dilakukan menggunakan media sosial, dengan 91,8 persennya adalah jenis hoax yang berhubungan dengan sosial politik.

"Besarnya penetrasi internet terhadap rakyat Indonesia, ternyata malah disalahgunakan oleh orang-orang yang ingin meraih kekuasaan dengan cara-cara yang merusak," jelas Bamsoet.

Politikus Golkar ini menegaskan, menyebar hoaks sama saja dengan menyulut api kebencian dan membuka jurang perpecahan bangsa. "Tindakan seperti ini harus kita lawan bersama," tegas Bamsoet.

Legislator Dapil VII Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen ini menerangkan, di bidang sosial politik, penyebaran berita bohong dan ujaran kebencian sering kali digunakan sebagai black campaign untuk menyerang kandidat peserta Pemilu.

Dari 10 hoaks yang beredar, 7 diantaranya terkait dengan Pemilu 2019. Ia juga menyebut bagaimana hebohnya hoaks 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos, juga isu pendatang Cina diberi arahan KPU untuk mencoblos di TPS.

"Juga hoaks bahwa Jokowi akan ganti KH Ma`ruf Amin dengan Ahok, larangan adzan dan pemakaian jilbab, serta berbagai kehebohan hoaks lainnya. Informasi sesat seperti ini hanya bisa dibuat oleh orang-orang yang tidak punya nurani," tandas Bamsoet.

Karena itu, Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini meminta semua komponen bangsa harus mampu mengambil peran untuk memberantas berita bohong dan ujaran kebencian.

Jika dibiarkan, berita bohong dan ujaran kebencian akan menjadi wabah yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa, serta menghambat jalannya proses pembangunan.

"Selain harus aktif sebagai pemilih, kita juga harus dapat menjadi bagian dalam komunitas politik yang terbuka, obyektif, informatif dan edukatif," terngnya.

Ia menekankan bagi kaum muda yang kaya akan kreativitas. Peran seluruh anak bangsa dalam menciptakan pelaksanaan Pemilu 2019 yang lancar dan damai sangat besar.

"Gunakan kreatifitas yang dimiliki untuk memberantas berita bohong dan ujaran kebencian," pungkas Bamsoet.

KEYWORD :

Ketua DPR Bamsoet Hoaks Pemilu 2019




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :