Sabtu, 27/04/2024 02:40 WIB

KPAI : Budayakan Membaca dan Menulis Buku Ramah Anak

Kondisi budaya baca yang lemah, mempengaruhi budaya menulis masyarakat.

Ilustrasi buku (foto: Jurnas)

Jakarta - Indonesia merupakan bangsa berpenduduk cukup besar dan diperkirakan 270 juta. Namun, budaya membaca kita masih lemah. Menurut studi Most Littered Nation In The World, minat baca masyarakat Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara.

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto menjelaskan kondisi budaya baca yang lemah, mempengaruhi budaya menulis masyarakat kita, termasuk menulis isu-isu anak. Padahal di era 4.0 meniscayakan pola artificial intelligence dan dikenal sebagai era disruptive innovation.

"Era ini harus merubah mindset dari mental konsumen, ke mental produsen. Uplod karya-karya tulisan termasuk e-book harus lebih banyak daripada dowload karya-karya pihak lain," kata Susanto.

Isu anak harus menjadi perhatian di era disruptif. Apalagi trend anak-anak bangsa rentan menjadi korban dunia digital cukup tinggi bahkan awal tahun 2018, sejumlah kasus anak adiksi digital menjadi perhatian nasional. Sementara literasi digital yang sehat kepada anak masih lemah.

"Kondisi ini perlu menjadi perhatian semua pihak, termasuk para penulis agar concern mengangkat isu-isu terkini sebagai media edukasi publik," ujarnya.

Untuk itu, momentum peringatan Hari Buku Sedunia, 23 April 2018 perlu menjadi spirit baru membudayakan membaca dan menstimulasi masyarakat untuk menulis karya-karya ramah anak.

"Hal ini penting karena kualitas peradaban bangsa ditentukan seberapa jauh kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Inilah kekayaan hakiki untuk menjadi bangsa yg besar dan ramah anak," jelasnya.

KEYWORD :

KPAI membaca susanto buku karya




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :