Rabu, 15/05/2024 22:15 WIB

SDM Berkualitas Kunci Capai Indonesia Emas 2045

Sebab, bayi dan balita yang hidup saat ini pada 2045 nanti menjadi kelompok usia produktif yang menentukan keberhasilan pencapaian Indonesia Emas.

Ajakan cegah stunting. (Foto: Ist)

YOGYAKARTA Jurnas.com – Inspektur Utama (Irtama) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Ary Dwikora mengatakan, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci mencapai Indonesia Emas 2045.

Ia mengatakan, sejak sekarang angka stunting harus diturunkan serendah mungkin. Sebab, bayi dan balita yang hidup saat ini pada 2045 nanti menjadi kelompok usia produktif yang menentukan keberhasilan pencapaian Indonesia Emas.

"Maka, SDM yang berkualitas merupakan kunci mencapai Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu penyiapan SDM itu harus dimulai dari sekarang," kata Ary dalam keterangan resminya diterma, Jakarta, Senin (7/8).

Ia menyampaikan hal ini  pada acara Sosialisasi dan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana (Bangga Kencana) di Balai Aspirasi Rakyat yang terletak di Sinduadi, Mlati, Sleman, Jumat (4/8).

BKKBN mendorong pencegahan stunting dilakukan mulai dari hulu. Artinya, dilakukan sejak dini, bahkan sejak sebelum pasangan menikah dengan memeriksakan kesehatan tiga bulan sebelumnya.

Hal ini bertujuan agar saat menikah dan kemudian hamil, ibu dan bayi yang dikandung dalam kondisi kesehatan yang baik, sehingga terhindar dari stunting.

Selanjutnya pola makan dan pengasuhan harus diperhatikan, termasuk pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. "Kekurangan gizi yang terjadi pada stunting bisa disebabkan karena pola makan dan pola asuh yang keliru, sehingga pertumbuhan anak terhambat," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Andi Ritamariani mengatakan, kaum wanita bisa berperan lebih banyak dalam mengupayakan pencegahan stunting melalui pemberian ASI eksklusif.

"Salah satunya ya dimulai dengan memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang baru lahir 0 sampai 6 bulan," terang Ritamariani.

Ditambahkannya bahwa hasil kajian menunjukkan hanya sekitar 56 persen ibu melahirkan yang memberikan ASI kepada anaknya.

"Rugi sebetulnya jika tidak memberikan ASI, karena ASI itu tidak perlu beli, gizi dan kebersihan terjamin. Disamping itu ekonomis, serta jika rutin menyusui maka memperkecil kemungkinan segera hamil lagi. Lagi pula ASI mudah dibawa dan disiapkan, tidak ribet."

Ritamariani menjelaskan keuntungan memberikan ASI kepada peserta sosialisasi yang kebanyakan ibu-ibu dan para kader, serta sebagian lagi kalangan remaja yang tergabung dalan GenRe atau Generasi Berencana.

KEYWORD :

Indonesia Emas 2045 SDM Berkualitas BKKBN Ary Dwikora ASI Eksklusif




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :