Sabtu, 27/04/2024 09:05 WIB

Jokowi: Semua Negara Berkompetisi dan Bersaing Rebut Teknologi dan Investasi

Jokowi mengakui bahwa tugas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencan Nasional (BKKBN) dalam menjaga kualitas keluarga dan keseimbangan pertumbuhan penduduk tidaklah mudah.

Presiden Joko Widodo menghadiri Rapat Kerja Nasional membahas Strategi Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana serta Program Percepatan Penurunan Stunting tahun 2023, Jakarta, Rabu (25/1).

JAKARTA, Jurnas.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, posisi semua negara saat ini adalah berkompetisi dan bersaing satu sama lain. Untuk bersaing, kata dia, perlu sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Demikian kata Jokowi pada pembukaan Rapat Kerja Nasional membahas Strategi Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) serta Program Percepatan Penurunan Stunting tahun 2023, Jakarta, Rabu (25/1).

"Keliatannya, ya, misalnya ada G20 ketemu keliatannya salaman baik-baik, tapi semua saling berkompetisi. Di ASEAN sendiri keliatan rangkulan salam-salaman, tapi berkompetisi, saling rebut investasi, dan teknologi," ungkap Jokowi.

Jokowi mengakui bahwa tugas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam menjaga kualitas keluarga dan keseimbangan pertumbuhan penduduk tidaklah mudah.

"Tapi, saya meyakini 1,2 juta penyuluh di BKKBN plus pendampingnya mampu melakukan itu. Artinya, SDM unggul itu jadi kunci daya saing bangsa dan stunting di negara kita jadi PR yang sangat besar yang harus segera diselesaikan," tutur dia.

Oleh karena itu, Jokowi menekankan pentingnya sinergitas antara kementeiran dan lembaga, pemerintah daerah, tenaga kerja kesehatan, TNI, Polri, dan swasta dalam percepatan penurunan stunting.

"Di Kampar bagus karena yang stunting dititipkan ke perusahaan, karena ada bapak asuhnya akhirnya bisa turun drastis. Saya kira daerah lain bisa melakukan itu. Misal, di jawa banyak perusahaan dititip aja biar memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi kepada anak-anak," ungkap Jokowi.

Hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan angka prevalensi stunting di Indonesia turun sebesar 2,8 persen dari angka 24,4 persen tahun lalu menjadi 21,6 persen di tahun 2022.

"Ingin saya laporkan hasil SGGI 2022 itu turun dari tahun lalu 24,4 persen turun 2,8 persen jadi 21,6 persen. Kalau Bapak Presiden targetnya 3 persen belum tercapai. Namun, terima kasih kepada gubernur, bupati dan walikota karena ini terjadi masa pandemi," kata Menteri Kesehatan (Menkes),  Budi Gunadi Sadikin.

Dia menjelaskan, untuk mengejar angka stunting 14 persen di tahun 2024, maka angka stunting yang harus turun tahun ini adalah sebesar 3,8 persen. Untuk itu, perlu koordinasi lebih lanjut antara BKKBN dengan Wakil Presiden (Wapres).

Sementara itu, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan, pihaknya sudah berusaha maksimal dan bergerak cepat untuk mengedukasi masyarakat, khususnya yang terkait dengan stunting.

Di saat yang sama, Hasto menyadari edukasi masyarakat terkait stunting masih menemui tantangan. Salah satunya karena mindset dan perilaku masyarakat yang salah terkait kesehatan.

"Cara makan kita juga banyak yang salah, menjaga kesehatan juga salah, perilaku kita salah, masih salah," kata Hasto kepada awak media usai pembukaan Rakernas BKKBN.

Sebagai contoh penggunaan jamban. Hasto mengungkapkan bahwa masih banyak masyarakat khususnya yang tinggal di pelosok lebih memilih untuk membuang air besar di sungai.

"Sudah dibikinkan jamban, biasanya dia BAB di sungai, terus jamban sudah ada, ada yang masih BAB di sungai juga. Alasannya apa? Pantatnya kalau enggak nyelup enggak bisa keluar," tutur Hasto.

Selain itu, lanjut dia, faktor lingkungan juga menjadi kendala. Perilaku membuang air di tempat yang tidak seharusnya, bahkan membuang air lewat jamban yang tidak sesuai standar kesehatan juga memicu stunting.

"Itu mereka jadi sering diare, akhirnya berat badan enggak naik-naik, tinggi badan enggak naik-naik. Di kota pun juga ada yang masih airnya tidak sehat karena kota yang berdesak-desakan rumahnya, antara jambannya tetangga dengan sumurnya tetangga jaraknya bisa 10 meter, sehingga akhirnya bakteri e coli dari fesesnya tetangga masuk ke sumurnya rumah sebelah," kata dia.

KEYWORD :

Rakernas BKKBN SDM Berkualitas Jokowi Angka Stunting Hasto Wardoyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :