Sabtu, 27/04/2024 08:21 WIB

Positive Parenting Usia 13-24 Bulan Turunkan Perilaku Agresif Anak

Positive parenting usia 13-24 bulan turunkan prilaku agresif anak

Ilustrasi berprilaku baik kepada bayi. (Foto: Ist)

JAKARTA, Jurnas.com - Pola asuh positif (positive parenting) terhadap bayi usia 13-24 bulan diklaim berpengaruh baik terhadap perilaku dan tindakan anak di masa mendatang. Pola asuh ini mampu menurunkan hingga 52 persen kemungkinan anak berprilaku agresif dan tindakan penganiayaan di masa dewasa.

Hal tersebut terungkap dalam Webinar bertajuk kegiatan peningkatan kapasitas Kelas Orang Tua Hebat (Kerabat) melalui Bina Keluarga Balita Seri ke-5 terkait Kalender Pengasuhan Anak Usia 13 – 24 bulan yang disiarkan secar langsung melalui kanal Youtube BKKBN Official.

Dokter Spesialis Anak, Fitri Hartanto, menjelaskan bahwa pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah fase kritis seorang manusia dalam hidupnya. Pada fase ini, prinsip pengasuhan sama, yaitu pola asuh yang positif.

"Ada empat macam pola asuh,yaitu otoriter yaitu memaksa anak, permisif melayani anak, migresif membiarkan maunya anak dan terakhir demokratif yaitu orang tua memberi kesempatan anak untuk belajar yang benar," kata Fitri.

Pada fase ini pertumbuhan sel-sel otak terjadi sangat cepat. Pada saat seorang anak lahir, pertumbuhan otak dari dalam kandungan hanya mencapai 25 persen. Setelah lahir hingga usia 2 tahun, percepatan pertumbuhan otak mencapai 80 persen. Kemudian sampai usia 5 tahun akhir atau 6 tahun awal berkurang lagi, hanya bertambah 15 persen.

Menurut Fitri, ada tiga fase penting dalam tumbuh kembang anak hingga anak berusia 6 tahun yaitu fase pembuka (0-6 bulan), fase kritis (1000 HPK), dan fase sensitif (0- awal 6 tahun). Ketiga fase inI merupakan periode emas (golden period) seorang anak.

Karena itu, Fitri mengatakan orang tua perlu focus pada 1.000 HPK karena pada saat anak lahir terjadi pertumbuhan otak 1/4 dari kehidupan manusia.

Fitri merinci, di usia 2 tahun perkembangan sel otak bertambah 80 persen. Dari 2 tahun hingga 6 tahun terjadi pertambahan sebesar 5 persen, sehingga paling tinggi percepatan sel otak itu di 2 tahun pertama.

Terkait fase pada anak, karena pertumbuhan cepat, anak punya fase kritis di mana sel otak akan mempunyai kemampuan merespon semua rangsangan yang diberikan kepada anak, responsive dan sensitive. "Setelah usia 2 tahun ada fase sensitive tapi tidak seresponsive 2 tahun petama," kata Fitri.

Pola asuh positif sangat penting, beberapa pengaruh terhadap anak yaitu menurunkan 52 persen penganiayaan anak, mengurangi kasus pelecehan seksual sebanyak 23 persen.

Selain dampak terhadap anak juga berdampak positif ke orang tua, yaitu meningkatkan komunikasi keluarga yang positif dan pemecahan masalah, mengurangi masalah perilaku dalam interaksi anak dan orang tua, meningkatkan pengaruh positif dan meningkatkan kepatuhan anak terhadap perintah orang tua.

Di dalam kalender pengasuhan 1000 HPK untuk 13-24 bulan sudah ada konsep stimulasi, apabila anak sudah bisa melakukan suatu kemampuan berarti ia sudah siap melakukan kemampuan pada usia kelompok yang lebih tinggi.

Apabila anak belum bisa melakukan kemampuan pada usia kelompoknya bisa diturunkan ke usia kelompok di bawahnya dan bisa dikonsultasikan ke tenaga kesehatan agar bisa di prascreening, setiap kegiatan stimulasi dilakukan berulang dengan cara menyenangkan.

"Anak belajar itu dituntun bukan dituntut," kata Fitri.

Menurut Fitri, kebutuhan asupan anak di usia golden periode lebih membutuhkan zat tenaga dan zat pembangun yang tinggi.

"Karena pertumbuhan yang cepat dan aktifitas yang tinggi termasuk pertumbuhan otak yang cepat dibutuhkan kalori yang tinggi, lemak, dan protein hewani minimal telur, bukan serat, buah dan sayur mengandung serat akibatnya anak mengalami kenyang yang lama karena lambung kecil sudah terisi sehingga asupan lain kurang, karena anak bukan miniature dewasa," ujarnya.

Kunci pola asuh positif, lanjut Fitri, adalah mengetahui norma dan tonggak perkembangan anak, lingkungan belajar yang positif, lingkungan yang aman dan menarik, disiplin yang konsisten, harapan yang realistis, dan evaluasi bagi orang tua sendiri untuk perbaikan parenting berikutnya.

Sementara itu Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN Nopian Andusti mengatakan pengasuhan yang baik selama 1.000 HPK dapat mengatasi dan mencegah stunting pada balita.

"Kelas pengasuhan atau sesi peningkatan kapasitas keluarga merupakan salah satu layanan di masyarakat yang efektif dalam mewujudkan perubahan perilaku ditingkat keluarga," kata Nopian.

Nopian berharap kegiatan ini dapat berkontribusi dalam penurnan stunting di Indonesia dan target penurunan stunting mencapai 14 persen pada ahun 2024 menjadi hal yang tidak mustahil.

BKKBN juga terus berupaya mendorong inovasi dalam pencegahan stunting berbasis keluarga dengan sasaran remaja, calon pengantin, pasangan usia subur, ibu hami, menyusui dan anak berusia 0-59 bulan.

KEYWORD :

Positive Parenting Perilaku Agresif Anak Fitri Hartanto BKKBN




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :