Jum'at, 26/04/2024 19:47 WIB

Diguncang Gelombang Protes, PM Sudan Mengundurkan Diri

Perdana Menteri Sudan, Abdalla Hamdok, mengundurkan diri pada Senin (3/1), pasca gelombang protes yang memenuhi ibu kota Khartoum pada Minggu (2/1).

Gelombang protes di Sudan (Foto: BBC)

Khartoum, Jurnas.com - Perdana Menteri Sudan, Abdalla Hamdok, mengundurkan diri pada Senin (3/1), pasca gelombang protes yang memenuhi ibu kota Khartoum pada Minggu (2/1).

Ribuan orang berbaris menentang kesepakatan baru-baru ini dia lakukan untuk berbagi kekuasaan dengan tentara, yang melakukan kudeta pada Oktober tahun lalu.

Meneriakkan "kekuatan untuk rakyat", pengunjuk rasa menyerukan kembalinya pemerintahan sipil penuh. Tetapi pasukan militer melakukan tindakan keras lagi, menyebabkan dua orang tewas.

Dikutip dari BBC, keputusan Hamdok mundur menyebabkan kini pemerintahan kembali diambil alih oleh pihak militer.

Ini adalah pukulan lain Sudan yang berupaya melakukan transisi ke pemerintahan demokratis, pasca pemberontakan rakyat menyebabkan penggulingan Presiden otoriter Omar al-Bashir pada 2019.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Hamdok mengatakan negara itu berada pada "titik balik berbahaya yang mengancam kelangsungan hidupnya".

Dia mengklaim telah mencoba yang terbaik untuk menghentikan negara itu dari bencana, tetapi "terlepas dari segala sesuatu yang telah dilakukan untuk mencapai konsensus, itu belum terjadi".

Pemimpin sipil dan militer telah membuat kesepakatan pembagian kekuasaan, setelah tentara melakukan kudeta pada 25 Oktober dan awalnya menempatkan Perdana Menteri Hamdok di bawah tahanan rumah.

Berdasarkan kesepakatan yang dicapai dengan Hamdok pada November lalu, perdana menteri yang diangkat kembali seharusnya memimpin kabinet teknokrat sampai pemilihan diadakan. Tetapi tidak jelas seberapa besar kekuatan yang akan dimiliki pemerintah sipil yang baru, dan pengunjuk rasa mengatakan mereka tidak mempercayai militer.

Lebih dari 50 orang tewas dalam protes sejak kudeta, termasuk setidaknya dua pada Minggu kemarin, menurut Komite Dokter Pusat Sudan yang pro-demokrasi.

Pemimpin kudeta Jenderal Abdel Fattah al-Burhan membela kudeta Oktober lalu, dengan mengatakan tentara telah bertindak untuk mencegah perang saudara yang terancam meletus.

Dia mengatakan Sudan masih berkomitmen untuk transisi ke pemerintahan sipil, dengan pemilihan yang direncanakan pada Juli 2023.

KEYWORD :

PM Sudan Pengunduran Diri Abdalla Hamdok Gelombang Protes




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :